Bukan Pembangkang atau Anak Nakal, Tapi ODD



Saya belum memiliki anak, tapi tertarik dengan dunia anak dan suka mempelajari tentang pola asuh anak. Menurut saya, setiap anak itu unik dan punya bakat. Masing-masing anak punya keistimewaan, sekaligus kekurangan. Sama seperti kita, orangtua. 

Secara umum, perilaku anak tidak selalu manis, manut, manja. Mungkin sesekali anak membantah kata orangtua, atau melakukan hal yang "Ya Allah tuluuung... Bocah iki, tobyatt naan! "
Wajar dong ya... Mereka sedang dalam tahap belajar, bertumbuh dan masa ujicoba mandiri.

Tapi...
Kalo ada anak, yang sehari-hari perilakunya membuat emak bapaknya pasang "koyo" di pelipis kanan-kiri, sebagai orang awam, saya akan berpikir "Fix!  Bapak mbok'e ora pinter ngajari anak", atau "Itu azab, punya anak 'mbueling pool'. Ortunya kurang ibadah!"

Sampeyan juga pasti akan langsung melabel anak nakal, misal setiap hari melihat bocah tetangga atau anak teman yang suka membantah,  membangkang, atau malah ngajak perang orangtuanya.

Padahal...
Hal itu tidak semata-mata sebab kesalahan pola asuh orangtuanya atau kurang kasih sayang. Patut diwaspadai, si anak mengidap ODD.

Apa itu ODD?
Opposituonal Defiant disorder. Yaitu gangguan perilaku anak yang ditandai dengan pola perilaku yang sulit diatur, kasar,  suka membantah atau membangkang,  konfrontasi, mudah marah/ngegas, argumentatif/suka berdebat...
Yaa.. Pokoknya "ra tau adem" bocah'e...
Biasanya kita akan membatin, "Woo... Bocah mbeling tenan iki." Gitu kan?!
Padahal dia mengidap gangguan mental. Gangguan mental tidak melulu skizofrenia lho ya (Istilah resminya ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa). Atau bahasa rakyat jelatanya : orgil, orang gila, yang identik dengan jalan-jalan sambil ngomong sendiri dan dekil ngga pake baju).

Gangguan mental ada banyak, salah satunya ODD ini. Gangguan mental ini bukan disebabkan kesalahan pola asuh orangtua saja. Penyebab ODD bisa campuran dari faktor biologis, sosial, dan psikologis.

Faktor risiko lain yang dinilai menjadi penyebab ODD adalah kondisi ekonomi keluarga yang sulit (walaupun sebetulnya ODD juga bisa terjadi pada keluarga dengan status ekonomi apapun), mengalami transisi dari peristiwa traumatis, memiliki orangtua dengan gangguan perilaku, kecanduan dan masalah perubahan suasana hati, orangtua yang terlalu disiplin, dan faktor-faktor ketidakstabilan keluarga lainnya.

Sebuah studi menemukan bahwa anak yang berjuang dengan penerimaan teman sebaya juga rentan mengalami ODD.
Merasa terasingkan kadang bisa membuat seorang anak jadi terpicu dalam kondisi ODD.

See.. Ngga melulu anak pembangkang itu adalah anak bandel original natural atau sebab azab bagi orangtuanya.

Jadi, sekarang kalo melihat ada anak yang bandel, tidak buru-buru melabel "bocah nakal". Tapi kita bisa berpikir, mungkin si anak mengidap ODD. Akan lebih baik kalo kita beritahu orangtuanya, supaya diperiksakan lebih lanjut. Sebab anak ODD memang harus ditangani secara khusus. Kalo ngga, yang "menderita" bukan hanya si anak, tapi orang-orang sekitarnya juga ngga nyaman.




Di Indonesia,  ODD memang belum familiar sebagai gangguan yang perlu dikenali. Saya baru mengenal ODD setelah menemukan artikel di Halodoc tentang ODD. Halodoc adalah salah satu sumber referensi tulisan-tulisan saya. Sebenarnya Halodoc adalah sebuah teknologi aplikasi kesehatan terpadu yang memfasilitasi interaksi antara dokter dengan pasien. Halodoc menyederhanakan akses kesehatan. Pasien bisa dengan mudah berhubungan dengan dokter lewat gawai/smartphone. Aplikasi ini juga terkoneksi dengan ApotekAntar dan juga laboratorium. Cocok dengan era pandemi covid ini kan...

Saya sih belum pernah berinteraksi dengan dokter-dokter di Halodoc. Tapi sering baca artikelnya yang valid dan membuka wawasan. Semoga kita semua selalu dilimpahi rejeki kesehatan ya mak...


Prapti Kusumastuti

Komentar