Day 5
Tentang Media Sosial @bloggerperempuan
Tadi saya blogwalking, ceritanya mau cari inspirasi tentang tema ini. Sambil ngintip, apa sih yang di tulis teman-teman blogger lain. Dan malah terbukti, bahwa saya memang blogger recehan 😂 Tulisan mereka bagus-bagus dan terlihat sudah pro. Hadeuuh.. Malah jadi minder dan pengen nambah kopi (opo hubungane...?!)
Yasudah, karena terlanjur blank, saya tulis saja opini pribadi saja.
Tentang media sosial, saya mengalami love-hate situation. Di mana saya (sebenarnya) tidak suka bersosial media (atau mungkin sudah bosan), tapi juga butuh sosial media untuk pencitraan. Dulu awal sosial media Facebook booming, hampir 24 jam/hari saya berurusan dengan sosmed ini. Maklum, saya gelar lapak di Facebook, dan sedang semangat-semangatnya branding Nupinupi. Sekarang? Beuuh... teman-teman sering teriak-teriak, karena Whatsapp slow respon, di telpon ngga diangkat (saya silent), chat grup yang belum di baca sampai ribuan (pernah sampai 10rb chat), notifikasi Facebook sampai tak terdeteksi, notifikasi DM Instagram masih "kosik, nek longgar", Whatsapp/BBM ganti profil supaya orang lain tahu bahwa saya masih hidup 😂 Patut-patut'e bikin Insta Story, supaya eksis saja sebagai bakul. Mosok ya blas ngga update apa-apa.. Biar calon pelanggan ingat, "Oh iya, ada bakul 'malesan' Nupinupi yang jualan masker hijaber" 😁
Saya butuh media sosial untuk gelar lapak dan aktualisasi diri dalam hal menulis. Entah kenapa, saya nyaman menulis dan berinteraksi dengan pembaca di media sosial, khususnya Facebook, dibanding blog. Tapi saya paham, jangkauannya lebih luas blog. Peluang mendapat penghasilan dari menulis, lebih besar melalui blog. Cuma, maintenance-nya memang harus ekstra di banding mainan Facebook.
Media sosial yang sekarang, bagi saya sudah tidak asyik lagi. Kalau kita tidak mampu me-maintance diri sendiri, bisa hanyut kalap terbawa dampak negatifnya. Saya sebagai manusia biasa, sadar diri, mudah teracuni. Entah itu oleh citra glamour dan hedon-nya para crazy rich, sampai yang pura-pura rich tapi malah yang terlihat crazy-nya, sampai gosip mak lambe turah. Yang paling ringan adalah emak-emak membuat status 'misuh-misuh' atau nyindir sesamanya, mengeluh tapi sebenarnya caper, foto OOTD yang begitu-begitu saja, bersyukur tapi sebenarnya pamer, selfie berbagai angle yang di upload tiap jam, sampai bikin gumoh karena muncul terus di beranda. Itu belum persoalan politik dan hoax yang semakin dihangatkan oleh opini (tapi berbalut justifikasi dan prasangka pribadi) para ibu bangsa. Sungguh, butuh kekuatan hati dan pikiran yang luar biasa, demi menjaga kewarasan otak. "Aaah..berarti mba ini suka suudzon. Belum tentu niat memposting itu karena hal-hal yang di sebut di atas." Justru karena saya tidak ingin suudzon, saya memilih membatasi diri bermedia sosial. Butuhnya apa, itu saja yang saya lakukan. Saya tidak ingin meracuni otak dan pikiran saya dengan pandangan-pandangan negatif akibat membaca status teman-teman yang mungkin membuat kerutan dahi saya bertambah signifikan. Jadi, saya tidak lagi berprasangka apa-apa kepada sampeyan kecuali apa yang saya lihat di dunia nyata.
Sekarang, saya lebih suka berinteraksi di dunia nyata. Mungkin karena faktor umur, jadi semakin tua, semakin berkearifan lokal dan bijaksana... 😗 Kopi darat dan ngobrol face to face lebih saya sukai dibanding via chat atau telepon, kecuali jaraknya sangat jauh. Luar kota/luar pulau/luar negeri. Efisiensi tetap nomor satu bagi saya... 😆
#bloggerperempuan #BPN30dayChallenge2018
Komentar
Posting Komentar