Assalamu'alaikum Wr.Wb
Wassalamu'alaikum
Umur saya 32 tahun. Tapi saya
baru sekolah selama 5 tahun. Kok bisa?
Dulu nggak sekolah TK, SD, SMP, SMA ya? Alhamdulillah saya lulus dengan
baik di sekolah-sekolah formal tersebut . Tapi, saya merasa benar-benar sekolah
justru setelah lulus kuliah. Lagi-lagi, kok
bisa? Dulu saya tidak pernah kadang-kadang membolos, selebihnya
mengikuti pelajaran sekolah dengan baik. Buktinya, rangking saya selalu 3 besar
di kelas. Berarti secara akademis, saya (alhamdulillah) pintar kan?! Lulus
kuliah juga dengan waktu yang wajar, 4.5 tahun, IPK 3 koma. Tapi kok bisa
merasa sekolah baru 5 tahun? Setelah lulus kuliah lagi...
Karena setelah lulus kuliah, saya
baru benar-benar merasa belajar. Saya belajar menjadi pengusaha. Saya belajar dari kebangkrutan, kerugian, kegagalan, kesalahan, kepusingan, konflik, keberhasilan, dan masih banyak lagi. Dan itu sungguh berbeda dengan yang saya dapatkan dari bangku sekolah. Saya juga baru
menyadarinya beberapa waktu yang lalu kok, ternyata -justru- ketika saya
menjadi pengusaha, saya belajar sesungguhnya. Bagaimana tidak bersungguh-sungguh,
taruhannya kan “hidup saya”. Semasa sekolah formal, kalau saya tidak belajar
sungguh-sungguh, taruhannya adalah dimarahi ortu, tinggal kelas atau susah mencari sekolah
untuk melanjutkan atau susah mencari pekerjaan. Apakah itu bukan mempertaruhkan
hidup? Siapa yang peduli dengan pertaruhan itu di benak seorang anak
kecil-remaja-menjelang dewasa? Yang ada di otak saya ketika itu adalah, saya
hanya harus sungguh-sungguh belajar supaya nilai saya bagus dan mendapat rangking, lalu tidak menyusahkan
orangtua ketika akan melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya/mudah mencari
pekerjaan. Tidak ada “pertaruhan” hidup di situ, atau dengan kata lain,
kesadarannya belum sampai kesitu. Benar?
Nah, ketika saya ingin menjadi
pengusaha itulah, saya baru benar-benar belajar (sekolah). Saya memulai usaha
(Paket Belajar Flanel) tahun 2009, di sebuah kontrakan kecil di Jakarta Timur.
Tepat setelah saya menikah dan resign
dari pekerjaan. Di kontrakan kecil
itulah Nupinupi lahir. Sebenarnya, saya sudah memulai usaha flanel ketika masih
kuliah. Tapi tidak serius, hanya untuk kesenangan dan kepuasan saja. Uang hasil
penjualan juga selalu habis, saya setorkan ke Gramedia untuk membeli buku-buku
bisnis. Saya ingat sekali, ucapan seseorang kepada saya : “Kamu bisa gila, baca buku-buku bisnis terus. Memang kamu bisa jadi pengusaha?!
Sudah, kuliah aja...uang minta orangtua juga dikasih, tidak perlu sampai
segitunya” . Siapakah orang itu? Dia adalah mantan saya, hahahahaha.
Sungguh! Dan sejak saat itu, saya mulai berpikir ulang untuk “berjodoh”
dengannya. Hingga akhirnya saya yakin, dia bukan calon suami yang cocok untuk
saya. Hahahahaha, curcol.
Ketika memulai usaha, pastilah
saya sudah “pandai”, karena sejak kuliah sudah membaca banyak buku bisnis. Oow...tentu
saja tidak! Teori tanpa praktek tetaplah omong kosong. Saya benar-benar
“menjadi pandai” ketika mulai praktek. Sedikit demi sedikit mempraktekkan apa
yang saya pelajari. Dan menjadi “semakin pandai” ketika saya mengajarkannya.
Ya...mengajarkannya kepada orang lain. Ini serius. Jadi, kalau teman-teman
ingin menguasai suatu ilmu dengan baik dan cepat, ajarkanlah kepada orang lain.
Meskipun teman-teman masih nol besar mengenai ilmu tersebut.
Belajar-ajarkan-belajar-ajarkan-belajar-ajarkan. Begitu seterusnya. Itu
percepatan ilmu... Jadi, kalau ada yang
masih pelit berbagi ilmu, karena khawatir akan memiliki banyak saingan, justru
anda tidak akan berkembang. Yakin! Dengan
mengajarkan, saya malah menjadi semakin paham dan mendapat lebih banyak ilmu.
Kok bisa begitu, saya juga heran. Kesimpulan
saya, janji Alloh SWT benar. Sedekah (dalam hal ini -ilmu) itu
memudahkan dan melipatgadakan (: Lalu, bagaimana kalau ada orang yang sudah
kita ajari, tapi dia malah (menurut kita) menyebalkan? Malah mengaku itu ilmu temuannya
sendiri, dan kalau ada orang lain yang menerapkan/meniru, dikatakan nyontek
darinya. Rasanyaa....pengen meng-kuncir mulutnya, lalu dijepret-jepretin pakai
karet gelang. Hahahahahaha, woles
sajaaa.. Bukankah kita mendapatkan ilmu juga dari orang lain? Atau, mungkin
secara tidak langsung, mendapat inspirasi dari apa yang dilakukan orang lain.
Lalu, tercetuslah ide di benak kita. Seperti apa yang selalu saya yakini, tidak
ada yang benar-benar orisinal, kecuali wahyu Alloh SWT. Segala
hal di dunia ini adalah inovasi dari inovasi, atau kalau yang plek sama,
duplikat dari duplikat. Siapa yang tidak kenal Isaac Newton? Dia penemu hukum
gravitasi. Dia adalah ilmuwan besar dan
paling berpengaruh di dunia. Tapi dia tidak serta merta menemukan hukum
gravitasi begitu saja. Dia juga belajar (terinspirasi) dari ilmuwan-ilmuwan
besar terdahulu lainnya, yaitu Johannes Keppler, Nicolaus
Copernicus, Galileo Galilei, Francis Bacon, dan Rene Descartes. Jadi, kenapa
harus sombong dengan ilmu yang kita miliki? Atau, takut ilmu kita berkurang
kalau kita bagikan? Satu-satunnya hal yang jika “di curi” itu akan bertambah
semakin banyak adalah ilmu yang bermanfaat.
Kembali ke masalah “sekolah”,
baru ketika saya memulai usaha saya merasa benar-benar sekolah. Semua mulai
dari nol. Saya harus belajar nge-blog, facebook, menulis, menjual, marketing,
cashflow, memenej karyawan, mengenal konsumen, mengembangkan jaringan,
fotografi, coreldraw, photoshop,
bla..bla..bla.... Yang ternyata banyak sekali, dan saya tidak sadar sudah
belajar sebanyak itu, dan masih harus belajar lebih banyak lagi. Makanya, kalau
ada yang ingin menjadi pengusaha, tapi banyak alasan merasa tidak
pantas, karena tidak tahu apa-apa dan lain-lain, itu sangat lucu. Karena saya
lihat, semua pengusaha di dunia ini harus belajar sungguh-sungguh hingga
akhirnya bisa menjadi pengusaha sukses. Sekelas Nabi saja, beliau juga harus belajar
menjadi pengusaha, sejak usia 12 tahun. Baru kemudian usia 25 tahun, beliau menjadi
pengusaha yang kesuksesannya kondang seantero dunia. Nah...dari situ harusnya
kita sadar dong ya...bahwa menjadi pengusaha itu memang harus belajar. Jangan
mimpi menjadi pengusaha kalau tidak mau/malas belajar (:
Selamat belajar ^^9
Wassalamu'alaikum
Inspiring banget, setuju sangat...!!!
BalasHapusAlhamdulillah saya pun sedang dalam proses belajar-mengajarkan. Saya masih terus mencari ide untuk berkreasi flanel dan merajut, alhamdulillah kegiatan keputrian di sekolah menjadi lahan besar untuk membagi ilmu tersebut pada anak didik saya. Moga ilmu yg saya bagikan akan bermanfaat bagi masa depan mereka kelak seperti yg saya rasakan, betapa hobi ini sangat membantu keuangan keluarga. Makasih mba Prapti...
Hallo mb Nia... senangnya sudah mempunyai lahan tetap berbagi ilmu. Tidak ada yang lebih menyenangkan, hidup dan bekerja sesuai passion. Bisa menekuni hobi, sekaligus berbagi dan mendapat keuntungan materi. Hidup yang luarbiasa ya mb ^^ aaamiiin. Terus semangat ya mb Nia, smoga Alloh selalu memberkahi.
HapusSelamat atas kelahiran nupi nupi... lhah telat ya.. hihi.. semangkaaaa
BalasHapusBaru september ini mama abeeelll... kecepeten,hahahaha
Hapusjadi pengusaha emang harus tahan banting ya kak
BalasHapusaku baru jadi reseller aja udah nyerah HAHAHAHA *blushing*
Lhoo.... *hahahahaha...
Hapusizin share mbk...
BalasHapusmonggo ^^d
Hapus