Multitasking Itu Keren


Assalamu’alaikum....
Ini adalah materi seminar mini yang saya sampaikan di acara kopdar Solo Crafter, tanggal 27 April 2014. Teman-teman yang berdomisili di area Solo Raya, yuk gabung di grup Solo Crafter ;)

“Multitasking itu apa sih?” Kemampuan untuk mengerjakan beberapa hal sekaligus. Saya selalu mengagumi orang-orang yang (menurut saya) multitasking, dan berusaha keras seperti mereka. Saya pikir, kalau saya bisa menjadi orang yang multitasking, saya bisa sukses. Tapi sayangnya, semakin saya berusaha untuk multitasking, semakin banyak pekerjaan yang terbengkelai. Seringnya adalah...tidak satupun yang saya kerjakan. Karena sudah pusing duluan melihat banyaknya hal yang harus saya kerjakan. “Mana dulu?” “Kalau ini dulu, bagaimana dengan itu? Padahal itu juga penting.” Ujung-ujungnya, nol semuanya. Hahahahaha.

Menurut kita selama ini, multitasking adalah :
1. Citra manusia modern
2. Cara kerja paling efektif, karena bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.

Kenapa kita cenderung ingin melakukan multitasking atau tidak sadar melakukan multitasking?
Dalam sehari, rata-rata 4.000 pikiran terbang keluar masuk otak kita kita. Jadi wajar bila setiap 14 detik kita berubah pikiran. Pernah kan kita berubah pikiran ketika akan melakukan sesuatu? Bukan hanya pernah, tapi sering...  Dan jika perubahan pikiran itu akut, orang-orang menyebutnya plin-plan. Menurut kita, semua hal penting  dan menganggap waktu kita terlalu sedikit untuk menyelesaikan semua hal yang menurut kita penting  itu. Masalah sebenarnya bukan karena waktu kita yang terlalu sedikit untuk mengerjakan semua hal yang perlu kita kerjakan, tetapi karena kita merasa perlu mengerjakan banyak hal dalam rentang waktu yang kita miliki. Jadi, kita melipatgandakan harapan untuk menuntaskan semuanya. Padahal, tidak semua hal (yang menurut kita penting) harus kita kerjakan. Sesungguhnya, hanya ada 1 HAL penting saja yang harus kita lakukan. Karena pada kenyataannya, multitasking itu :
1. Cara efektif untuk menurunkan mutu dan produktifitas
2. Kesempatan untuk menggagalkan lebih banyak hal satu-persatu
3. Memperlambat kita dan menjadikan kita orang yang kurang berprestasi

Mari kita ingat-ingat kembali, apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar kata SUKSES BESAR?
Sukses besar adalah hal yang menyenangkan untuk dibayangkan. Tapi menimbulkan rasa malas untuk mencapainya. Bahkan orang bodoh pun menjadi pintar gara-gara masalah ini. Pintar mencari alasan, hahahahahaha. Dipikiran kita, sukses besar itu menghabiskan waktu dan rumit. Kita harus disiplin, pintar, serba tahu, super cepat dalam bekerja, super kreatif, dan super-super lainnya. Padahal untuk memiliki semua syarat tersebut, kita harus belajar keras dan bekerja keras. Makanya, lebih banyak orang yang “ogah duluan” untuk memperjuangkannya. Misal ada yang mau, dia akan membuat agenda/jadwal kegiatan yang sangat panjang. Biasanya, itu hanya akan berjalan sementara waktu saja. Selanjutnya, kembali ke habit semula, hahahaha. Akibatnya apa? Kita merasa bahwa cita-cita sukses tersebut “ketinggian”. Di luar jangkauan kita. Lalu, kita akan membuat target/cita-cita yang jauh lebih ringan. Dan celakanya lagi, hal itu sering membuat sebagian besar orang akhirnya malah tersesat jauh dari cita-cita semula. Tersesat pada banyak kesibukan yang menjauhkan kita dari cita-cita awal. Kita menjadi sibuk, sangat sibuk....tapi tidak bermakna. Bisnis kita tidak tidak ada perkembangan, bahkan malah mundur. Itu yang saya alami beberapa waktu yang lalu. Supaya teman-teman paham, ini cerita saya.

Saya punya target tinggi. Saya ingin omset Nupinupi Rp.100.000.000/bulan (misal) dalam 5 tahun ini. Tapi, saya berpikir...bahwa untuk mencapai target tersebut, saya harus bisa melakukan banyak hal (multitasking). Saya harus membaca banyak buku supaya pengetahuan saya bertambah, saya harus menguasai keahlian ini-itu, saya harus lebih cepat dalam bekerja, kalau perlu saya harus bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu waktu, dan saya harus bisa menyelesaikan semua tugas-tugas saya, baik tugas rumah tangga, maupun tugas “kantor”.

Karena saya pemalas, semua harus  terjadwal. Semua saya buat  list dan form. Karena, jika tidak...tidak akan ada action sama sekali. Bahkan jadwal menyapu, mengepel dan menyetrika pun harus saya buat.



Lihat...! Ini saking... Saking malasnya saya. Bukan saking rajinnya. Kalau saya rajin, saya tidak perlu membuat jadwal sampai sedetail itu, semua bisa beres.
Dan...segala hal saya kerjakan, segala hal ingin saya selesaikan. Terlihat bagus dan rapi. Saya tampak disiplin. Saya terobesesi menjadi manusia multitasking supaya bisa sukses (berhasil mencapai target). Betapa kerennya....bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Semua pekerjaan beres. Tapi sayangnya saya tidak bisa multitasking. Ketika melakukan multitasking, semua hanya sekedar selesai dengan baik. Tapi ketika saya fokus, saya bisa menyelesaikan, bahkan menghasilkan hal luar biasa. Saya anggap itu kekurangan saya....saya tidak bisa multitasking.

Akibat yang saya rasakan apa? Saya capek dan bosan. Banyak sekali tugas-tugas yang (menurut saya) harus saya selesaikan, tapi target tidak kunjung mendekat. Bahkan terasa semakin mustahil.
Akhirnya....bosan, tidak tahu harus mengerjakan apa (padahal pekerjaan banyak sekali), malas, ingin mencoba sesuatu yang beda, merasa “kok tidak ada peningkatan sih?” dan lain-lain. Kelihatan sibuk, padahal tidak melakukan sesuatu yang berarti (tidak produktif). Bahkan, saya sudah ancang-ancang untuk memulai bisnis baru...saking bosannya. Pernahkah teman-teman merasakan hal itu?
Visi misi sudah tidak mempan lagi untuk membakar semangat. Daftar cita-cita, seolah seperti PR mata pelajaran yang tidak saya sukai dan overload, yang semakin dilihat, semakin membuat mual...apalagi membacanya. Lebay? Sungguh...ini serius! Keseharian saya hanya clabing, clayapan bingung.  Bisnis? Kan sudah ada pegawai dan sistem yang berjalan. Jadi, tanpa ada saya, semua tetap berjalan lancar. Cuma, gadget tidak boleh lepas dari tangan.

Saya kira saya hanya sedang bosan. Dan yakin, dalam beberapa hari semua akan normal kembali. Tapi ternyata... -2 bulan kemudiaan-...masih seperti itu?! Omaigat!
Otak saya menjadi “nganggur”, menjadi mudah berpikiran negatif, hati menjadi mudah berprasangka. Saya menjadi paham, kenapa orang yang tidak produktif biasanya suka sekali bergosip, suka mencari-cari kejelekan orang lain, hasud, iri dan dengki dengan keberhasilan orang lain, hingga...punya waktu untuk merencanakan “menghancurkan” orang lain.. Kalau teman-teman sering merasa/berpikiran seperti itu, besar kemungkinan saat ini otak anda sedang tidak dipakai... Bercanda? Tidak! Saya serius! Karena saya merasakannya sendiri. Jadi ingat, kalau anda senang sekali jika diajak membicarakan keburukan orang lain atau mencari-cari kekurangan orang...berarti anda sangat tidak produktif alias otak nganggur. Sayang sekali.... Dan mulailah untuk mempekerjakan otak anda..supaya tidak sempat lagi melakukan hal-hal negatif tersebut.  

Jadi,  apa hubungan multitasking dan cerita tersebut? (Keinginan) multitasking itu mengakibatkan saya kehilangan fokus. Saya pikir, saya HARUS mengerjakan semua supaya bisa meraih kesuksesan. Saya mengira, semua hal yang HARUS saya kerjakan itu penting. Padahal, HARUS tidak selalu penting. 

Semakin tua (ya...saya orang tua, dan saya bersyukur karena berhasil melewati masa muda saya), saya merasakan semakin banyak tumpukan pekerjaan, yang saya yakini HARUS saya selesaikan. Semua! Terlalu banyak orderan, terlalu banyak pegawai, terlalu banyak masalah dengan pelanggan, terlalu banyak masalah “perusahaan” yang harus segera dicarikan solusinya, terlalu banyak komitmen, terlalu banyak tugas rumahtangga, terlalu banyak tagihan. Serba kebanyakan...dan itu adalah kondisi umum setiap manusia yang angka umurnya semakin besar. Intinya, semakin tua, semakin banyak problem/masalah. Benar?

Akibat banyaknya urusan yang HARUS saya selesaikan. Semua terasa mendesak dan penting. Semua terkesan sama. Demi kenyamanan rasa dan hati, saya memutuskan mengerjakan semuanya, satu per satu.

Saya sibuk, sangat sibuk. Tapi kesibukan saya tidak bermakna. Daftar kegiatan saya merupakan kumpulan niat-niat terbaik yang bermanfaat. Tapi banyak yang “tidak penting”....dan sayangnya, saya merasa wajib untuk menuntaskannya. Semua karena semata-mata ada dalam “daftar rencana hari ini”. To Do List Today.

Bukankah To Do List tersebut bagus dan bermanfaat? Apanya yang salah? Salahnya adalah, saya menjadi salah fokus. Harusnya saya fokus pada cita-cita masa depan saya, eee...malah fokus dan sibuk dengan daftar upaya bertahan hidup. Tidak ada batu loncatan atau inovasi-inovasi yang harusnya saya lakukan di dalam daftar tersebut. Sekali lagi, daftar tersebut tidak salah. Yang salah adalah saya... Saya salah fokus. Sampai di sini bisa dipahami?

Sederhananya seperti ini :
Saya punya cita-cita A. Yang bisa saya capai jika saya fokus dan konsisten. Tapi di tengah perjalanan, karena banyaknya masalah atau pekerjaan yang “harus” saya selesaikan, tanpa sadar saya belok jalan. Di jalan yang salah arah tersebut, saya disibukkan oleh banyak hal. Dan saya fokus di situ. Akhirnya, saya semakin jauh dari titik cita-cita saya, dan saya merasa hari-hari saya semakin berat. Kenapa semakin berat? Karena saya semakin sibuk dengan hal-hal yang “wajib” saya selesaikan, padahal itu tidak semakin mendekatkan saya ke titik cita-cita saya.

Jadi, ada 2 kesalahan yang selama ini tidak saya sadari, bahkan saya pertahankan.
1. Berusaha  menjadi multitasking
2. Mengira semua penting dan harus saya selesaikan.

“Multitasking cuma kesempatan untuk menggagalkan lebih banyak hal satu per satu” –Steve Uzzell

Saya hanya harus menetapkan 1 hal penting dalam hidup saya, dan fokus/memegangnya erat-erat hingga 1 hal tersebut tercapai. Bagaimana bisa, kita hanya memiliki 1 hal/cita-cita? Manusia itu banyak maunya. Coba buat daftar keinginan dan jangan disortir. Tulis saja semuanya tanpa malu-malu. Pasti, ada lebih dari 10. Jika harus menulis 100  saja, saya yakin kita semua bisa. Bahkan lebih.

Lalu, bagaimana meringkasnya hanya menjadi 1 hal saja? Ya di ringkas. Seperti audisi pencarian bakat itu lho... Misal, 100 hal penting dalam hidup saya. Saya sempitkan lagi menjadi 80 hal penting, lalu disempitkan lagi menjadi 60 hal penting, dst...hingga hanya tersisa 1. Satu yang benar-benar penting.

Nah, setelah mendapatkan 1 hal penting tersebut, ajukan pertanyaan. Misal, 1 hal penting saya (dalam bisnis) adalah mencapai omset Rp.100.000.000 dalam 5 tahun. Apa yang harus saya lakukan? Pertanyaannya harus spesifik ya. Angka 100 juta dan 2 tahun adalah kerangka yang jelas.
Jangan membuat pertanyaan yang kurang jelas, seperti : “ Apa yang harus saya lakukan supaya penjualan meningkat?” Meningkat menjadi berapa? Deadline-nya kapan? Omset bulan ini Rp. 30.000.000, 36 bulan kemudian...alhamdulillah menjadi Rp.30.005.000. Itu sudah meningkat kan namanya? Berarti cita-cita sudah tercapai...meskipun hanya meningkat lima ribu perak, butuh waktu 36 bulan lagi. Yang penting kan sudah meningkat.  Pertanyaan yang tidak jelas, tercapainya target pun menjadi tidak jelas.

Dari pertanyaan dahsyat dan spesifik tersebut, kita bisa membuat rencana langkah-langkah yang HARUS ditempuh, supaya 1 hal tersebut bisa tercapai.

Kita sudah mengetahui 1 hal penting dalam hidup kita. Kita juga sudah punya rencana untuk menjalankannya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan 1 hal tersebut. Sekarang kita sudah berada di jalur yang benar. Tapi... “Bahkan seandainya Anda di jalur yang benar, Anda akan terlindas jika cuma duduk di sana” –Will Rogers. Artinya, kita harus action. Buat time blocking untuk menjalankan langkah-langkah strategis tersebut. Buat jadwal waktu setiap hari untuk fokus mengerjakan rencana-rencana mewujudkan 1 hal tersebut.
Misal : 1 hal penting saya adalah menjadi felt crafter internasional. Langkah-langkah strategis saya adalah setiap hari harus membuat kreasi baru (praktek) selama 4 jam. Saya buat time blocking pukul 08.00-12.00. Itu wajib saya laksanakan. Setiap hari tanpa terlewat. Kecuali hari sabtu-minggu/tanggal merah. Karena suami saya pulang, atau saya keluar kota menyusul suami.
Di waktu 4 jam tersebut, saya harus benar-benar fokus, apapun yang terjadi. Meskipun saya dijemput oleh teman saya untuk menemaninya belanja ke Pusat Grosir Solo dan saat itu saya juga sangat ingin kesana. Say No! Terus fokus, meskipun hati terasa perih karena harus menahan godaan tersebut. Padahal, kalau kita mau meninggalkan, tidak ada yang marah atau protes kan? Itu kan “hanya” komitmen kita sendiri. Ya, membuat janji dengan diri sendiri dan menepatinya.

Oke, sampai di titik akhir pembicaraan yang berat ini, sudah tahu kesimpulannya? Belum? Yah, saya sendiri juga dalam proses memahami. Hehehehe. Lalu, kenapa buru-buru share? Saya tidak ingin niat ini pupus seiring dengan penundaan-penundaan yang saya lakukan. Biasanya, kalau niat baik tidak segera direalisasikan, ujung-ujungnya malas dan tidak jadi ^^v

Kesimpulannya, jika ingin sukses (1 hal kita), ya harus fokus. Dan fokus saja tidak cukup. Harus ada komitmen kuat untuk menaati time blocking. Masih bekerja kantoran merangkap crafter tapi ingin sukses berbisnis ? “Jika anda memburu dua ekor kelinci... Anda tidak akan mendapatkan seekor pun” –Peribahasa Rusia. Pikirkan kembali... :)   


Wa'alaikumussalamwr.wb




Sumber : www.the1thing.com

Komentar

  1. Keren, mbak.Saya salah satu yang ingin multitasking. Pengen serba bisa juga. Tapi akhirnya keteteran semua. Terima kasih reminder-nya. Keren! Salam, Ethie.

    BalasHapus
  2. Betul sekali mba, saya sering mengalami itu. Multitasking memang ga efektif, kita harus harus fokus. Kalau satu sudah selesai atau tercapai baru berpindah k target selanjutnya.

    BalasHapus
  3. ngos-ngosan bacanya... seperti baca sambil lari2 di lorong kereta, panjang amirr,heheheu... piss

    BalasHapus
  4. Terimakasih artikelnya mbak Prapti
    Saya termasuk orang yang "merasa" multitasking
    Punya target banyak, punya keinginan banyak yang akhirnya ujung2nya diam dan tidak produktif he..he
    Seperti kata pepatah, " Rumput tetangga emang warnanya hijauuuuuu banget, pengin deh punya yang kayak tetangga... "

    BalasHapus
  5. Yuni Cahya : makanya, bacanya alon-alon ajaa, hahahaha...

    Rina : betull.. kalau mau efektif mmg seperti itu caranya :)

    Honey sweety : terimakasih :)

    Dyah Ayu : persis sama dengan saya, hehehehe.

    BalasHapus
  6. Salam kenal mb...wee...ternyata sama mb...banyak hal ingin dilakukan tapi terhenti ketika kita bingung mo mulai dari mana...ujungnya ya gak ad yang dikerjakan...jadinyaa...nyeseel banget...rasanya jadi tidak ada hal manfaat yang kita kerjakan...

    BalasHapus
  7. seperti bercermin dengan diri sendiri waktu baca artikel ini.. Ya mba Prapti..kadang kita suka lupa tujuan awal-nya apa tau-tau sudah di titik ini dan manfaatnya tak ada atau tak terasa..glek.. too much ado for nothing (judul salah satu karyanya Shakespeare,kalo ngga salah ^_^ )....makasih reminder-nya mba

    BalasHapus
  8. haddduhhh selama ini pikiran pengen ngerjai berbagai hal itu juga menimpa saya, disamping kerjaan kantor, IRT, dokter hewan praktek n bisnis kecil2an flanel saia..huhuhu harus lebih fokusss lagi neh mba :-( ..banyak kerjaan yg pengen dikerjai kadang bikin otak konslet mba, giliran weekend saia kayak orang oon " aku mau ngapain yach" ..ujung2nya males n jenuh deh...keren mba tulisannya..membuka wawasan baru n teguran juga buat diriku ...mba prapti hebattttt

    BalasHapus
  9. Lesung pipi, Yunita : Saat ini saya juga masih terus berusaha mengingatkan diri mba, supaya tidak terlena di "jalan yang salah", hehehe.. Yuk mari saling mengingatkan.. :)

    Anonim : Waaah, super sekali kesibukannya...hahahaha. Saya hanya 2 kesibukan saja sudah konslet dari kemarin2,.. ^^

    BalasHapus
  10. MULTITASKING itu mmg beneran keren, jika fokus dan diiringi dengan manajemen waktu yg bagus, dan saya kira ini mmg semacam anugrah atau bakat untuk sebagian orang, org yg tidak punya anugrah / bakat tsbt juga bisa asal dilatih, hal ini juga dari kebiasaan pola hidup yang disiplin..nah yg punya bakat pun harus ttp memenej waktu kl semua ingin beres dan hasil memuaskan. Jadi yg terpenting tetap sesuaikan porsinya, seberapa kemampuan kita dan seberapa waktu kita. Jd sah2 aja punya byk pekerjaan, tp jgn pernah pgn seperti orang lain, karena kemampuan setiap orang berbeda, ukur saja diri sendiri, dan jgn terlalu membebani diri sendiri. Uhuy komennya ga kalah panjang sama artikelnya..

    BalasHapus
  11. Mbak, saya pembaca baru blog mbak. Dan habis baca ini saya berasa ngacaaa hahaha sedang terjadi sama saya sekarang. Saya juga bikin to do list seperti mbak nupi, tapi tetep gak ada hasilnya. Bahkan sering saya tinggalin tuh to do listnya. Hahaha.

    Maunya banyak juga... jadi bingung mau ngapain dulu. Hihihi.

    Makasih yah mbak udah ngingetin untuk F-O-K-U-S. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss dulu mb Mela, hahahaha. Sampai skr sy masih harus sll ngingetin diri untuk fokus. Suka lupa, semua-mua mau dikerjakan. Ujung2nya "cape...besok lagi aja ah".... Makasih kunjungan perdananya mb Mela ^^d

      Hapus

Posting Komentar