Jari saya agak kaku waktu mengetik outline postingan ini.
Kenapa? kok sepertinya akhir-akhir ini berbagi kesedihan terus. Hahahahaha...
#malah tertawa -__-a
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih untuk doa dan support
dari teman-teman yang mengalir kepada saya (keluarga saya), ketika kemarin
bapak mertua akhirnya meninggal setelah 4 bulan kami rawat karena mengidap
sakit kanker. Hari-hari saya menyaksikan beliau kesakitan dan berdarah-darah
tidak akan pernah saya lupakan, agar selalu menjaga nikmat kesehatan dan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Banyak hal yang saya dapatkan/pelajari selama 4 bulan menjadi
“suster”.
1. Kesabaran. Bergulat dengan rasa itu lebih melelahkan
daripada bekerja secara fisik. Secara fisik saya tidak terlalu lelah. Tapi
batin...rasa lelahnya luar biasa. Ditambah dengan bisikan-bisikan yang
mewajarkan saya untu marah. Marah kepada siapa? Yang Di Atas dong... Kenapa Dia
memberikan saya beban sedemikian rupa. Di uji dengan rasa cemas, rasa tidak
nyaman, rasa tidak bebas, rasa putus asa (sampai kapan?), rasa lelah batin,
rasa lelah fisik (tentu saja) selama 4 bulan. Katanya sabar itu ada batasnya.
Memang benar ternyata. Saya merasakan sendiri. Tapi batas itu ternyata kita
sendiri yang membuatnya. Bukan Alloh... Batasnya mau sampai mana, sebenarnya
kitalah yang membuat/menentukan. Jadi, ketika saya merasa hampir mencapai garis
finish kesabaran saya, pelan-pelan saya geser maju lagi “garisnya”... Sehingga
tidak sampai-sampai...hahahaha. Eh, tapi jangan membayangkan saya menggesernya
sambil tertawa senang. Tidak! Dengan penuh perjuangan, karena beraaattt sekali
menggeser maju “garis finish” itu. Kenapa bisa berat? Perasaan saya yang
membuat berat. Kenapa? karena saya ingin semua ini segera berakhir,
bagaimanapun caranya. Itu inti utamanya. Saya tidak sabar, ingin segera “selesai”....
Ada banyak pengungkit yang bisa membantu saya menggeser maju
garis batas kesabaran saya. Share dengan teman, dan memposisikan diri saya sebagai
si sakit. Share dengan teman sangat membantu menumbuhkan pikiran positif dan kesadaran
pada diri kita. Tapi jangan sembarang teman. Pilih teman yang bijaksana, yang
bisa menilai masalah secara obyektif, dan akan lebih bagus lagi jika kualitas
imannya tidak diragukan. Jangan share kepada teman yang suka mengeluh. Bukannya
tambah enteng, kita akan makin pusing dan suram, hahahahaha.
Memposisikan diri sebagai si sakit juga sangat ampuh. “Jika
saya di posisi dia..apa yang saya rasakan?” Betapa tidak nyamannya saya, betapa
sakitnya saya, betapa tersiksanya saya, betapa khawatirnya saya...karena tahu,
penyakit saya sudah parah, dan peluang sembuhnya kecil, betapa cemasnya
saya...harus menghadapi kematian yang mungkin sebentar lagi akan menjemput, dan
lain-lain.
Ternyata, lebih tidak nyaman dia. Saya harus bersyukur, saya
sehat, bisa kesana kemari, bisa makan apapun dengan bebas, masih punya banyak
kesempatan untuk memperbaiki hari-hari saya kedepan dan memperbanyak tabungan
akhirat... Lagipula, saya didampingi keluarga saya, disupport teman-teman, di
beri banyak kemudahan oleh Alloh, kurang apalagi?! Terimakasih untuk seorang
teman yang selalu saya “kunjungi” ketika saya sudah benar-benar suram... “Semoga Alloh selalu melindungi dan memberkahi
keluargamu, mbak” :)
2. Benar, bahwa pertolongan Alloh itu dekat. Benar, bahwa di
setiap kesulitan, pasti ada kemudahan. Banyak sekali contohnya. Saya ceritakan
beberapa saja ya...
Ketika itu, saya terpaksa sering offline. Karena admin saya
keluar, dan saya harus menghandle Nupinupi sendiri. Padahal saya punya kewajiban
utama, mengurus pasien. Bagaimana saya harus membayar beberapa tagihan rutin
bulanan, kalau saya jarang online. Karena otomatis pemasukan juga berkurang.
Deadline sudah dekat. Dan, seseorang sudah terus menagih, karena memang dana
tersebut urgent bagi dia. 3 hari sebelum jatuh tempo saya sudah pusing. Karena dulu,
uang sebesar itu adalah hal mudah bagi saya, tapi sekarang?! Di hari H, uang di
rekening masing sangat kurang untuk membayar tagihan tersebut. “Ya Alloh...bagaimana
ini? Tolong aku” Dalam hati saya galau. Sudah siang mendekati sore, tak mungkin
uang di rekening akan bertambah lagi. Karena biasanya, pelanggan transfer
pagi/agak siang. Akhirnya orang tersebut mengatakan, “ya sudah..seadanya dulu”...
Oke, saya berangkat ke atm. Setelah di depan mesin atm, cek saldo...Subhanallah,
saldonya sudah bertambah. Lebih dari cukup untuk membayar tagihan tersebut.
Padahal tadi sebelum berangkat, saya cek internet banking, saldonya masih
tetap, belum bertambah sama sekali. Dalam waktu 5 menit saya jalan ke atm,
sudah “ditambahkan” oleh Alloh.
Ada lagi, waktu itu bapak mertua sesak parah. Harus masuk
ICU. “Haduh..biaya perawatan di ICU itu mahal. Pikir saya..” Tapi, mau
bagaimana lagi. Selagi saya memilih-milih kelasnya (saya pilih yang paling murah,
Rp.375.000/hari), perawat UGD datang menghampiri, “Ibu..tidak jadi. Kondisi
bapak sudah stabil”. Alhamdulillaah...
Lagi? Saya hanya bisa belanja bahan hari sabtu (ortu libur, jadi
bisa menjaga bapak mertua sementara saya pergi), dan itupun waktunya singkat. Padahal,
jarak tempuh lumayan. 1 jam perjalanan kalau lancar. Karena harus menyelesaikan
sesuatu, saya baru berangkat belanja pukul 15.30. Padahal tokonya tutup pukul
17.00. Hanya ada waktu 1,5 jam saja. Itu kalau tidak macet. Meskipun cemas dan
ragu, saya tetap berangkat. Karena harus membeli barang yg out of stock, dan besok harus dikirim. Sampai di tokonya,
alhamdulillah masih buka. Tapi mesin kasir sudah dimatikan, barang sudah
dimasukkan, jadi tidak bisa lagi memasuki toko (karena sudah penuh), dan
mbak-mbak pramuniaga sudah berjejer, siap-siap mau pulang. Saya sebenarnya agak
malas belanja di toko tersebut, karena pelayanannya menyebalkan. Mungkin karena
terlalu ramai. Jadi, kalau dengan pelanggan sering ketus/acuh. Saya beranikan
diri bertanya, masih bisa membeli barang ini tidak? Kondisi normal saja, mbak
penjaganya ogah-ogahan...apalagi saat itu, mesin kasir sudah mati, gudang sudah
ditutup, sudah siap pulang, mencangklong tasnya masing-masing. Saya pikir...saya
sudah gila karena tetap bertanya, masih bisa dilayani atau tidak. Dan benar,
mbak-mbak penjaga tokonya mengatakan..”sudah tidak bisa, gudang sudah dikunci”,
dan mungkin tinggal selangkah lagi, pintu toko ditutup. Tapi kemudian keajaiban
terjadi, mbak satunya mengatakan begini, “mmm..coba saya ambilkan ya” Lalu
berkata kepada teman di sebelahnya, “Tapi kamu temani aku ke gudang mau?” dan temannya
itu mengangguk. Akhirnya saya membayar dengan nota ditulis tangan (harusnya
bentuk print out). Dan masih banyak lagi kemudahan yang saya rasakan.
Bagi saya, ini luar biasa, karena pertolongan itu datang
tepat pada detik-detik kritis dan tidak masuk akal.
3. Doa saya selalu terkabul.
Doa apapun itu, hal yang besar atau kecil...semua dikabulkan.
Meskipun cara mengabulkannya di luar dugaan saya/ tidak terbayangkan sebelumnya.
Tapi ending-nya, selalu sesuai dengan permohonan saya.
Mungkin karena saat itu saya sedang menolong orang lain,
sedang dalam kondisi susah..jadi Alloh juga sigap menolong saya. Itu yang saya
rasakan. Meskipun harus diawali dengan kepala cenut-cenut dan
kecemasan-kecemasan, tapi bisa dipastikan, endingnya selalu melegakan. Seperti penghiburan
bagi saya dari Alloh.
4. Cara Alloh mengabulkan doa itu unik
Saya pernah meminta, agar usaha saya berkembang. Menjadi
seperti ini..begini dan begitu.
Tapi kemudian apa yang terjadi, saya harus mengurus mertua
sakit, dan karena hal itu...kantor harus pindah, supaya pantauan dekat. Itu
masih belum cukup. Karena kantor pindah, pegawai-pegawai saya keluar semua,
karena jaraknya menjadi jauh. Itupun masih belum cukup, tunggakan tagihan
menumpuk karena banyak pengeluaran di luar dugaan...
Saya tadinya tidak perlu turun tangan sendiri, sekarang harus
mengurus semua sendiri. Semua kembali ke titik nol dan sendiri. Dulu saya
memulai dari titik nol juga, tapi dengan nol pelanggan pula. Jadi tak masalah..
Kalau sekarang, posisi saya di titik nol (Tidak hapal harga, barang-barang
sudah sangat banyak, administrasi berantakan, masih harus memikirkan hutang),
tapi harus menghadapi ratusan pelanggan. Saya sampai diare 2 hari karena stres,
hahahaha. Saat itu saya sangat marah kepada Alloh, “Ya alloh...begini banget
sih?! Tidak cukup ya dengan pasien itu, masih Engkau tambah dengan masalah
usahaku. Aku kan meminta agar usahaku berkembang, kenapa malah Kau berantakin
begini?!” Marah, sangat marah dan stres.
Akhirnya saya jalani pelan-pelan, online sendiri (dengan
tergagap-gagap merekap dan banyak salahnya, karena 2 tahun tidak pernah merekap),
packing paket sendiri (mencari-cari letak barang sampai putus asa, karena
selama ini saya hanya belanjaaa terus, sampai tidak tahu/hapal nama barang, harga,
apalagi letaknya. Semua sudah dibereskan asisten-asisten saya), menyiapkan
paket-paket belajar sendiri, mengantar paket sendiri (biasanya di ambil oleh
agen, tapi karena pindah dan makin jauh/keluar wilayah, terpaksa saya antar
sendiri), cek stok barang sendiri, belanja sendiri dan makin jauh. Makanya HP sementara saya matikan, karena saya jadi makin
ruwet, hehehehe.
Tapi, setelah 2 bulan saya jalani...akhirnya saya tahu,
kenapa Alloh “berantakin” usaha saya ini. Ternyata Alloh menyuruh saya belajar
dan membenahi semuanya. Selama ini, semua pekerjaan itu sudah dihandle oleh
ke-3 pegawai saya. Saya sudah lepas mereka. Usaha berjalan sendiri. Uang terus
masuk, meskipun saya tidak di tempat. Tapi, itu menjadikan saya tidak sadar
dengan adanya kebobrokan-kebobrokan kecil yang bisa berakibat fatal kalau saya
tidak tahu. Setelah pegawai saya keluar semua, saya menghandle semuanya
sendiri..saya jadi tahu, oh..ternyata di sini banyak terjadi kesalahan,
ternyata hal itu tidak efektif, ternyata ini akan lebih baik kalau dibuat
seperti ini, dan seterusnya. Contoh lainnya masih banyak, tapi saya rasa ini
sudah terlalu panjang, nanti bosan membacanya, ehee
Sekarang, alhadulillah saya sudah mendapat pegawai pengganti
yang lebih baik :) Tapi kalau admin belum...jadi saya masih harus online
sendiri (pegawai saya lainnya tidak ada yang bisa komputer). Karena itu, harap
maklum kalau saya sering offline, karena ada urusan keluarga. Seperti ketika
bapak mertua kritis, lalu meminggal. Setelah itu malah ibu saya masuk RS karena
kecapekan.. Beberapa hari ini saya offline, karena mengurus ibu di RS, dan
setelah pulang juga tidak bisa langsung online full. Tentu saja, saya tetap
harus menghandle semua urusan rumah..karena ibu masih dalam masa pemulihan.
Nah, semoga itu semua menjadi ujian akhir bagi saya dan
keluarga saya ya teman-teman. Sehingga setelah ini, saya bisa kembali fokus ke
Nupinupi, kembali membuat aneka kreasi dan membagikannya kepada teman-teman.
Sekali lagi, terimakasih untuk doa dan support teman-teman
selama ini, melalui inbox, email, ataupun komentar (mungkin ada juga yang sms, tapi hp off terus..jadi saya tidak tahu), sehingga saya/kami bisa melalui ujian ini dengan baik ^^ Sungguh, sangat mengharukan ketika tahu, bahwa ada orang-orang di luar sana, yang tidak saya kenal apalagi pernah bertemu, peduli dan mendoakan saya dari jauh. Terimakasih :)
Salam sehat dan kreatif,
Slm kenal aku fivi, aku sneng Dg kreasi2 Mba Dan artikel,y bagus sukses selalu
BalasHapusSubhanallah membaca artikel2 mba Prapti jadi bisa belajar, tetap semangat walau apa pun yang terjadi pada kita selalu ada hikmahnya.. sukses selalu Mba Prapti
BalasHapustulisnnya sangat menginspirasi mba..saya jg sdg mengalami seprti cerita mba..kembali ke titik nol, tapi setelah saya baca tulisan mba Prapti,saya jadi mengerti semua ujian datangnya dari Allah dan Allah jg yang akan memberikan solusinya..kita ttp harus berikhtiar dan bersyhukur. trimakasih mab..sukses selalu
BalasHapusSalam kenal juga mbak prapti.
BalasHapus