Tidak Masuk Akal

Melanjutkan tulisan saya, hati-hati dengan keluhan anda, hati-hati dengan pikiran anda. Ada hal-hal menarik...yang semakin menguatkan keyakinan saya, bahwa semua memang sudah diatur dengan baik oleh-Nya. Perkembangan terakhir, Nupinupi harus legowo “ditinggal” oleh 2 orang pegawai. Karena alasan masuk akal, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan yang satu, ibu RT yang sudah mulai sibuk karena anaknya ikut banyak les (antar jemput). Oke, tak masalah. Meskipun kalau dilihat, waktunya tidak tepat. Di saat saya harus memantau Nupinupi secara jarak jauh, malah ditinggal pegawai resign. Jujur, saya sempat  “meratapi” hal ini, tapi alhamdulillah hanya sehari. Setelah itu segera berpikir langkah selanjutnya. Salah satunya membuat brosur lowongan yang akan saya titipkan ke teman yang bekerja di Pusat Grosir Solo.  Logika saya, selain lebih mudah dan cepat, juga tepat sasaran. Karena yang saya butuhkan adalah lulusan SMA/sederajat.

Galau? Tentu saja sangat galau. Bagaimana Nupinupi akan berjalan baik, kalau pantauan jarak jauh, fokus terbelah, dan pegawai tinggal 1?!

Cerita di mulai sejak setahun yang lalu, saya mencari-cari kontrakan yang cocok untuk kantor Nupinupi. Karena rumah saya sudah tidak muat, dan capek bersih-bersihnya. Lagipula, pikiran juga capek, karena seolah tidak pernah berhenti bekerja. Serasa di “kantor” meskipun hari sabtu-minggu/libur.

Kriteria kontrakan yang cocok menurut saya :
  1. Dekat rumah, atau kalau perlu 1 komplek, supaya saya tidak harus punya -2 rumah tangga-
  2. Harga sewa terjangkau (sesuai pasaran di sekitar situ)
  3. Ada teras/garasi untuk parkir sepeda motor para pegawai.
Tapi...ternyata tidak semudah yang saya kira. Padahal dulu depan rumah pas, dikontrakkan. Sampai lama tidak ada yang minat (saya juga belum kepikiran punya kantor sendiri untuk Nupinupi). Di komplek perumahan saya, dulu ada 3 rumah yang dikontrakkan. Giliran saya butuh, tidak ada satupun yang kosong. Lalu saya cari-cari di luar komplek, ada dua rumah di komplek belakang. Yang satu bagus, tapi amat sangat mahal. Yang satu sangat murah, tapi kumuh. Oke, mundur. Akhirnya di kompleks saya ada yang pindah...lalu rumahnya dikontrakkan. Ini diaaa.....!! Dengan penuh semangat saya menghubungi pemilik kontrakan. Saya pikir harga sewanya akan sama seperti biasanya. Ternyata, menjadi 2x lipat. Ya alloh... (kecewa). Suami saya bilang, “Di tunggu aja, ntar juga turun sendiri kalo tidak ada yang mau ngontrak. Kemahalan soalnya.” Oke...saya setia menunggu (harga turun). Tapi bukannya turun, malah ada yang mau ngontrak. Katanya teman pemilik rumah yang mau ngontrak. Aduuh... Dalam hati saya bilang (lebih tepatnya protes sih), “Ya Alloh, saya kan sudah berdoa, memohon kepada-Mu supaya diberi kontrakan yang cocok. Kenapa susah sekali cari kontrakan. Sebenarnya rencana-Mu apa?” Itu yang saya pikirkan sejak 1 tahun yang lalu. Masalah pegawai juga sama. Katanya cari pekerjaan susah, tapi nyatanya...cari pegawai juga sangat susah. Nah...untuk sementara waktu, mari kita katakan, bahwa usaha saya mencari kontrakan dan pegawai belum maksimal.

Cerita selanjutnya adalah, saya harus merawat bapak mertua yang sakit kanker, dan entah sampai kapan saya akan menjadi perawat fulltime. Beberapa minggu yang lalu, ketika pegawai saya mengatakan akan mundur, migrain saya kambuh. Ditinggal 2 pegawai...tidak bisa saya bayangkan “kekacauan” Nupinupi. Mana pegawai yang tersisa, bulan Desember insyaallah akan menikah.

Kalaupun saya merekrut pegawai baru, bagaimana saya bisa mentrainingnya. Karena waktu saya sangat terbatas, dan tidak bisa setiap hari “ngantor”. Dan lagi, sekarang saya tidak pernah lagi berkreasi. Barang di sana, orangnya di sini. “Kenapa tidak di bawa sebagian?” Sebagian itu seberapa? Padahal kalau saya sedang membuat kreasi, sifatnya spontanitas. Ketika saya membuat desain, saya pikir memakai bahan/aplikasi A cocok. Tapi ketika praktek, ternyata tidak cocok...saya harus mencari bahan/aplikasi lain yang cocok kan?! Maka, repot kalau antara saya dan bahan berjauhan/terbatas.

Terbesit wacana pindah kantor di sekitar rumah ortu, supaya pemantauan lebih dekat dan proses pembuatan kreasi juga bisa berjalan kembali. Tapi di mana? Dan haruskah pindah? Karena kalau pindah, selain repot juga mengeluarkan biaya besar. Banyak sekali plus minusnya kalau pindah.
Sebelah kiri rumah ortu saya, dinyatakan akan dikontrakkan. Harga sewanya lebih mahal dari harga pasaran. Makin malas saja saya untuk memutuskan pindah. Tidak ada ketertarikan lah pokoknya. Tapi tentu saja saya tetap khawatir, per November pegawai saya tinggal 1. Kalau tidak pindah bagaimana?!

Pada saat yang sama, tetangga sebelah kanan saya menikah. Istrinya “calon pengangguran” yang berniat setelah menikah akan mencari kesibukan. Dan dia bersedia kalau saya rekrut. Tapi ini juga belum terlalu saya pikirkan. Karena dia maunya kerja di sekitar rumah saja. Kalau harus ke kantor Nupinupi di Sukoharjo, agak keberatan. Padahal kan saya masih ragu, pindah atau tidak. Ditambah, pegawai lama yang keberatan kalau kantor Nupinupi pindah (ada indikasi, dia akan keluar kalau merasa kejauhan dari rumahnya). Bingung banget kan... X_x

Saya memohon petunjuk pada-Nya, pindah atau tidak. Dalam hati, sangat berat kalau harus pindah “kantor” di sekitar rumah ortu. Sampai berhari-hari saya galau dan menanti-nanti petunjuk-Nya. “Mana nih petunjuk-Nya? Kok gak kliatan-kliatan? Apa aku yang kurang jeli?” Hehehehe.

Lalu saya sharing dengan teman crafter, yang kalau saya sebut namanya, pasti teman-teman kenal, karena dia memang populer, dedengkot grup craft. Hahahahaha.

Beliau mengatakan, “Kadang petunjuk itu berupa kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh-Nya” “Ikuti kata hatimu, jangan pikiranmu.” Ooh ya?? Hmmm...apa saja kemudahan itu? Kontrakan di sebelah kiri rumah ortu? calon pegawai baru yang rumahnya di sebelah kanan rumah ortu? Tapi nanti kalau pegawai lama saya malah mundur, pegawai saya cuma satu, ngajarin dari nol lagi... Kata hati? Kata hatiku, kewajibanku sekarang adalah merawat bapak mertua.
Tidak, petunjuk-petunjuk itu belum meyakinkan. Tegas saya dalam hati.

Beberapa waktu kemudian, si pemilik kontrakan dekat rumah ortu menelfon, harga sewa diturunkan, seperti harga pasaran. Kemudahan  dan petunjuk lagi? Hmmm...masih belum yakin.

Lalu, saya curhat dengan teman saya (bukan crafter). Dia sahabat saya sejak kuliah. Juragan jamu di daerah Sukoharjo. Saya tidak tahu dia punya truk (padahal sudah sewajarnya dia punya truk, hahahaha). Dengan enteng dia bilang, “Kalau nanti jadi pindahan, pakai aja truk-ku. Sama sopirnya sekalian, karena jarang orang bisa nyetir engkel/truk.”... Masih dengan malas, “Iya deh... tapi ini belum pasti kok”... Masih belum yakin dengan (atau lebih tepatnya tidak mau menerima) tanda itu. Hahahahaha. #ngeyel.

Setelah sempat menyalahkan keadaan karena pusing tingkat lanjut (akibat tidak mau menerima kenyataan sih sebenarnya), terngiang-ngiang terus kata-kata sohib crafter saya, petunjuk bisa jadi berupa kemudahan-kemudahan. Apa iya ya? Kontrakan di sebelah kiri rumah yang harga sewanya terjangkau/diturunkan, calon pegawai di sebelah kanan rumah, pinjaman truk + sopirnya gratis.... Apa lagi?  Kalau saya pindah, saya bisa memantau Nupinupi secara langsung, dapat pegawai baru, bisa kembali membuat kreasi dan tutorial, sekaligus bisa merawat bapak mertua. Bagi saya, ini semua tidak masuk akal kalau hanya kebetulan. Akhirnya saya mantap untuk pindah kantor.

Sekarang saya paham, kenapa kemarin-kemarin saya harus merasakan kesulitan-kesulitan ini :
1.  Sulit mendapat kontrakan yang cocok
2. Sulit mendapat pegawai, padahal katanya banyak orang yang butuh pekerjaan
3. Belum diberi momongan sampai tahun ke-4 pernikahan
Dan lain-lain. 

Ternyata seperti ini rencana-Nya. 
1. Coba kalau saya dulu sudah mendapatkan kontrakan di sekitar kantor lama Nupinupi, apa saya tidak pusing memikirkan 2 rumah yang jauh?! 
2. Coba saya dulu mendapat pegawai yang rumahnya sekitar Solo/Sukoharjo (keinginan saya dulu begitu), mungkin sekarang saya akan super sangat berat untuk pindah kantor di sekitar rumah ortu, atau bahkan tidak kepikiran. Sehingga akan tetap memantau Nupinupi jarak jauh (dan itu pastinya tidak bagus untuk perkembangan Nupinupi). 
3. Coba saya sekarang saya sudah punya anak. Pusing mikir bisnis, merawat anak dan pasien. 

Ternyata akan jauh lebih ruwet kalau semua atau salah satu saja dari permohonan saya dulu terkabul pada saat itu juga. Sekarang saya tinggal pusing memikirkan dana untuk sewa kontrakan. Hahahaha. Yah..berdoa sajalah, semoga minggu ini banyak pelanggan baru/lama berdatangan, sehingga uang di rekening cukup untuk melunasi sewa kontrakan 1 tahun dan belanja bahan bulanan. Aamiin.

Nah...hikmah apa yang teman-teman dapatkan setalah membaca kisah yang bertele-tele ini? Saya tunggu komentar teman-teman... ^^, 



Salam penuh semangat, 

Komentar

  1. komennya adalahhhhh... kira2 calon kantor baru itu didaerah mana yah *think hihihi

    BalasHapus
  2. pasti mbak nupi akan memetik buah yang sangat manis nantinya,,,,,,semangat,,,,,(balada IRT yang nyambi dadi tukang dondom dondom sama perawat-----satu nasib) tapi mbak nupi masih mending,,,,,,kalo saya sudah punya anak masih balita dan masih harus bantu kerjaan suami di kantor. Jadi dobel dobel sibuknya..kkkkkk

    BalasHapus
  3. dinar : ngapain dipikir banget2 dinar...tinggal lihat info.beres..hahahaha

    nanarahayu : aamiin. iya mb, sy yakin..bnyak orang kok senasib dg saya. yg berbeda adl cara pandang kita masing2... :) Nah,itu kan yg sy ambil hikmahnya,knp blm dikasih momongan. tnyta disuruh momong baby tua dl..hehehe

    BalasHapus
  4. Wahh, memang sangat repot yah mbak ..
    saya juga mengalami seperti itu, tapi dalam tingkat pelajar :D
    mbak, tolong kunjungi blog saya http://flaneka.blogspot.com/
    Terimakasih juga, telah menjadi inspirasi dalam berkreasi flanel, saya suka dengan karya mbak ..
    Salam kenal ya mbak :)

    BalasHapus
  5. Huhh... Sungguh sangat amat bertele2. Klo proposal skripsi macam gini psti lgs kutolak. Untungnya ak bkn dosen, hihi..

    BalasHapus
  6. eka nia : salam kenal kembali :)

    Fenny : semangat ^^9

    anonim : tak usah menyamaar..sgera keluar dr zona ini. ini zona exclusive.... hahahaha

    BalasHapus
  7. Inti'y harus b'sabar Mb...bukankah smua sdh d atur..."crafter yg paling sy kagumi"...tetap semangat Mb..klo aq dket daerah Mb..psti aq ngelamar jdi pegawai Mb prapti...hehehe..

    BalasHapus
  8. nice sharing mban nupi, moga lancar yaa :)
    sya selalu yakin, klo kita berdoa mohon yg terbaik, pasti dikasih lancar jalannya. krn kadang kita semaksimal mungkin berfikir dan berusaha, tetap punya batasan. klo ga bsa terima, bsa pecah kepala mikirinnya hehe..

    BalasHapus
  9. hebat .....!!!
    yang paling penting mba selalu diberikan kesehatan oleh~NYA, biar smua'y lancar ...

    BalasHapus
  10. siip mba, Allah itu pasti ngasih yang lebih baik dari yang kita pikirkan
    semoga sukses :D

    BalasHapus

Posting Komentar