I LOVE MY COMPETITOR



Aku mencintai pesaingku...

Wooww... Judulnya agak-agak nih. Hahahahahaha... Ini bukan masalah percintaan beda kelamin lho yaa... Kaleeemm...
Kompetitor/pesaing yang saya maksud adalah saingan bisnis/usaha kita, yang menjual barang yang sama, di tempat yang sama/berdekatan, dan otomatis punya target market yang sama. “Kok pesaing malah dicintai? Harusnya disingkirkan, kalau perlu dimatikan sekalian...” Mungkin itu sebagian besar pikiran orang (dan saya, waktu belum tahu ilmunya). 



Karena dengan adanya pesaing, berarti kita harus :
  • BEREBUT MINAT
  •  BEREBUT PELANGGAN
  • Otomatis BEREBUT REJEKI pula
Akhirnya, kalau tahu ada pesaing bisnis...kita menjadi TAKUT. Takut pelanggan kita direbut, takut rejeki kita direbut. Ujung-ujungnya, menghalalkan berbagai cara untuk melemahkan, kalau perlu mematikan pesaing kita (dengan cara menjilat, saling serang, saling menjelekkan, perang harga)

Kita MENGIRA, kalau semua pesaing “TEWAS”, kita akan berjaya, karena akan menjadi satu-satunya. No..No...No... Anda salah! Persaingan dalam bisnis itu adalah hal ALAMI. Artinya, hal itu tidak bisa kita tolak...sudah aturan alam. Pesaing baru akan terus tumbuh. Dan jika kita tidak bisa berdamai dengan para pesaing, hal itu akan terus mengganggu usaha kita, menganggu hidup kita. Mengganggu dalam arti, kita yang merasa terganggu.
Pikiran kita bukan ke peningkatan kualitas/pengembangan produk, tapi malah sibuk berinovasi dengan cara menjatuhkan pesaing. Ckckckck... Yang ada, usaha kita makin jauh tertinggal/ambruk. Karena kita fokus ke hal yang malah merusak. Merusak diri sendiri, dan merusak orang lain.

Di mana ada bisnis, di situ pasti ada persaingan. Ibarat sandal jepit, harus sepasang. Sandal kanan, dan sandal kiri. Bisnis tanpa pesaing, seperti memakai sandal kanan saja/kiri saja. Nggak seru, nggak nyaman, jalan pincang, satu kaki mulus-satu kaki kapalan...
Jadi, kalau ada yang menganggap pesaing = musuh, katakan padanya..”Aduuh cyiiin...itu pemikiran jadul”. Kalau dia gaul dan smart (eeciee..), kompetitor berarti 4 hal baginya :
  1.  Mitra/sahabat, yang akan membuat kita maupun bisnis kita menjadi lebih berkembang. Bisnis menjadi ramai dan menantang.
  2. Guru, karena kita juga belajar darinya. Belajar dengan cara mengamati cara bisnisnya. Mempelajari kelemahan dan kekuatan bisnisnya.
  3. Pesaing akan memperbesar pasar. Tanpa kompetisi, industri/pasar tidak akan berkembang. Anda pilih pergi ke mall yang sepi, karena tenant-nya masih belum banyak (masih banyak toko-tokonya yang tutup)...atau ke mall yang tenant-nya sudah banyak, otomatis tokonya banyak yang buka dan variatif?
  4. Merangsang kita untuk selalu berpikir kreatif. Iya doong, dia bisa menciptakan produk A, dan laris manis...saya juga pasti bisa! Akhirnya, karena tertantang dan serius...bisa meluncurkan produk B, yang tidak kalah laris. Siapa yang untung? Ya diri kita sendiri. Sudah makin kreatif, dagangan makin laris lagi...
Nah...berdasarkan poin-poin di atas, sudah semestinya kita menggunakan cara baru melenyapkan kompetitor. Ini lebih revolusioner dan manjur... “Lhooo..katanya pesaing itu penting? Kok malah akan dilenyapkan?”
Caranya adalah dengan MENCINTAI kompetitor, berhenti memusuhinya. Yang kita lenyapkan adalah label musuh yang kita tempelkan pada pesaing kita.
Selain 4 alasan di atas, kenapa kita harus mencintai pesaing kita...ada beberapa manfaat persaingan yang harus kita ketahui, supaya bisa merubah mindset negatif kita.
  • Meningkatkan daya kreatifitas. Itu jelas, dengan persaingan yang sehat, masing-masing individu/usaha akan berlomba untuk menciptakan/mempersembahkan yang terbaik.
  • Memperlaris bisnis kita. Bagaimana mungkin?? Bukan mungkin lagi, tapi jelas terjadi. Contoh sederhana, saya menjual bahan-bahan kerajinan dan paket belajar. Sering sekali, di beberapa grup ada yang bertanya kepada anggota grup, membeli barang X di mana ya? Anggota lain menjawab, nupinupi jual. Si A juga, Si B menyediakan...dst. Dan saya pun, ketika ada calon pelanggan yang menanyakan barang X, ternyata saya tidak menjual. Saya tidak segan-segan untuk merekomendasikan OS lain yang saya ketahui menyediakan barang X tersebut. Contoh lainnya, Pusat Grosir Solo...itu terkenal pusat batik (selain Pasar Klewer). PGS isinya pedagang-pedagang pakaian batik, dan menjadi salah satu destinasi wisata kota Solo. Dari lantai basement sampai lantai 3 kan isinya pedagang batik yang bersaing. Tapi justru malah menjadi ramai pengunjung, karena cocok menjadi tempat belanja dan berburu oleh-oleh khas Solo yang komplit. Coba kalau isinya hanya 1 atau 2 kios batik? Apa mungkin, PGS menjadi ‘pusat’ perhatian dan kunjungan wisata?
  • Persaingan itu menjadi promosi gratis. Artinya...karena adanya persaingan, orang-orang malah jadi tahu keberadaan bisnis kita, siapa saja yang eksis di bidang tersebut. Seperti persaingan hebat antar operator di Indonesia. Karena mereka bersaing ketat, merek dan produk mereka di kenal banyak orang (lain pembahasan dengan masalah iklan). Atau, persaingan di AKF (Ajang Kreasi Flanel) Grup FlanelQta. Walaupun tanpa hadiah/just fun, tapi orang-orang yang mengikuti AKF bisa dikatakan sedang bersaing kan? Bersaing merebut perhatian anggota grup. Walaupun ada, yang niat ikut untuk meramaikan suasana saja. Tapi tetap ada energi persaingan (positif) di situ. Dari persaingan tersebut, orang-orang menjadi tahu... “Oooo..si A ternyata bagus juga ya hasil kreasinya”, “Kreasi si B kurang menarik warnanya, tapi idenya orisinal”... hal-hal seperti itu menjadikan seseorang yang sedang bersaing menjadi lebih/mudah dikenal.
Bukan menghilangkan pesaing yang kita pikirkan, tapi bagaimana menghadapii persaingan dengan cara lebih produktif. Tanpa persaingan, bisnis tidak akan maju. Karena tidak akan ada greget untuk memberikan yang terbaik kepada para pelanggan.
Semoga pembahasan ringan ini menginspirasi.


Salam,

 


Sumber : Rasulullah’s Business School

Komentar

  1. mba.. tapi kalau compotitor nya mencopas 100 % hasil karya kita gimana tuh??
    kan dah gak sehat tuh persaingannya nama nya
    terus ngadepinnya gimana ????

    BalasHapus
  2. Geeta : iya, mmg kadang membuat kita kesal. Tapi kalo melarang, jg blm berhak...krn kita blm punya patennya kan?! dulu hal spt itu cukup menganggu saya..tp lama-lama sy berpikir, follower ya follower...selama dia sll mencontoh, tdk akan pernah bsa mengungguli kita. krn habit nyonteknya itu hanya akan terus membuatnya sll di level itu. Kita tdk rugi apa2, dialah yg akan sulit berkembang. sementara, kita terus terpacu untuk membuat karya2 baru.. klasik mmg, tapi itu benar kan?! ^^ semangat!!

    BalasHapus
  3. Saya mau tany mb? Kl iklan saya ditimpa kompetitor apa perlu ditimpa ulang? Atau cukup mengupgrade iklan sendiri saja setiap hari..saya menggunakan jasa iklan gratis..makasih


    BalasHapus
  4. Garrijacob : wah..saya blm punya pengalaman masalah ini. tapi menurut saya..itu sebuah risiko dari 'gratis"... dan kalau ingin hasil yang maksimal (meskipun gratis), tentu harus disertai sebuah usaha/kerepotan, supaya bsa berjalan baik. Seperti blog saya, meskipun gratis, kalau ingin menghasilkan..tentu harus saya "rawat" dg baik dengan berkorban meluangkan waktu. Jika ada kasus spt ini, kalau sy pribadi akan mengevaluasi..apakah selama ini pemasangan iklan tsb berdampak signifikan thd penjualan/promosi atau tdk. Jika iya, saya akan plan untuk mengumpulkan dana khusus iklan (berbayar). Tapi, jika di rasa blm perlu membeli (cukup yg gratisan), maksimalkan saja dg sll menjaga posisi iklan anda supaya jgn smp tertimpa iklan kompetitor :)

    BalasHapus
  5. Selamat ya mbak..mbak Prapti selain punya bakat yang mantap ditambah juga punya jiwa yg besar :) Makasi udah bagi2 ilmunya ya,,tapi istilah 'beda tangan beda hasil' ada benarnya juga kan mbak,,jadi pasti ada ciri khas tersendiri dalam karya kita,,walopun ada yg menjiplak abis2an pasti akan beda hasilnya.
    Ijin copas postingannya ya mbak :)

    BalasHapus
  6. oh iya mbak..sekalian..minta tipsnya dong, gmana cara ngebersihin barang dari kain flanel yang sudah kotor?

    BalasHapus
  7. Maya : alhamdulillah. Ini hanya memaksimalkan bakat yg dianggap sebagian besar orang sepele/tidak penting, hehehe. Siip.. monggo ^^

    Kalau yg sy ketahui hanya di rendam air sabun mandi dan di gosok pelan. tp untuk kain flanel yg tdk bisa dicuci (udah jd toples misalnya), dan terlanjur kotor, sy bersihkan/gosok2 pake tisu basah, digunting2 serabutnya. sebisa mungkin,sy balut plastik kalo tdk dipakai/mmg bisa dibalut meskipun digunakan :)

    BalasHapus
  8. SETUJU 1000% dengan Mbak Prapti.... saling berbagi ilmu akan semakin memudahkan rejeki.

    Kalau pernak-pernik saya pgn buat sendiri Mbak. minimal memanfaatkan barang bekas sekalian ngajarin anak2 utk tdk menyepelekan barang bekas... ga sengaja nemu ilmu disini. makasih banyak Mbak

    BalasHapus
  9. anisia : ide bagus mb..mengajak anak2 memanfaatkan barang bekas mjd ssuatu yg berdaya guna ^^

    BalasHapus

Posting Komentar