KEPUTUSAN GILA "MENGGANTUNGKAN HIDUP" DARI KAIN FLANEL

“Apa saya bisa menggantungkan hidup dari kain flanel?” Berapa banyak orang yang berpikiran seperti itu? Tunjuk jari!... Eh..eh..sudah tidak model tunjuk jari ya, tapi dijempoli (like), hehehehe

Saya ikut-ikutan tunjuk jari dan nge-like. Lhoh..iya, dulu saya juga berpikir  seperti itu. Ciyus!
Bukan hanya saya pribadi malah, orang-orang di sekitar saya juga memandang sebelah mata. Dan itu yang lebih sering menjadi alasan dominan untuk tidak serius menekuni dunia flanel. Biasanya kita akan lebih mantap dengan pendapat orang banyak, meskipun kita sendiri sebenarnya tidak yakin dengan pendapat orang tersebut. Tapi…karena hampir semua orang mengatakan A, kita ikut menjadi A, dan percaya bahwa pendapat banyak orang pasti lebih valid, daripada pendapat/insting kita sendiri.

Akhirnya, banyak pegawai merangkap crafter menjadi galau. Jangankan pegawai, yang menganggur di rumah pun banyak yang tidak berani memantapkan diri menggeluti dunia flanel (padahal mereka nganggur, misal gagal, cuma rugi materi yang tidak seberapa, karena modal untuk memulai usaha kreasi flanel memang kecil. Bisa di mulai dari puluhan ribu rupiah)

Pembahasannya mungkin agak "panas" dan semakin membuat galau, jadi silakan ambil cemilan dan es teh dulu untuk teman membaca supaya lebih adem ^^

Pikiran-pikiran yang bisa diterjemahkan biasanya seperti berikut ini :
  1. Ingin keluar kerja dan fokus pada flanel, tapi kok takut… “gantungan kunci flanel yang harganya cuma 2.000 perak/pc, apa iya bisa untuk nyicil ‘apartemen’?” Boro-boro sampai mikir apartemen, mikir bisa membuat asap dapur tetap mengepul saja tidak pede, hehehehehe. ----> terlihat logis, padahal tidak juga
  2. Kain flanel itu barang apa sih?! Bukan kebutuhan pokok. Hanya seperti mainan. Siapa yang mau terus-terusan beli barang seperti itu? Karena tanpa kain flanel, orang-orang bisa tetap hidup sehat dan bahagia. Bahkan mungkin, kalau kain flanel ini lenyap dari muka bumi, manusia akan tetap baik-baik saja. Jadi, di mana letak nilai bisnisnya? ----> Wooh…belum  tau dia.
  3. Ada yang mengatakan, tren flanel mulai pudar/akan memudar. Jadi, kreasi-kreasi flanel itu, di tahun 2014 (tidak usah menunggu tahun 2020, kelamaan) itu tidak akan akan laku atau bernasib sama seperti mobil-mobilan dari kulit jeruk bali -----> sangat ampuh membuat kita bimbang
  4. Oke lah! Meskipun kain flanel -gombal warna-warni- ini bukan kebutuhan pokok, ternyata peminatnya banyak, dan menurut ahli ekonomi prospeknya cerah (kalau ini karangan saya sendiri ^^v). Tapi…tetap saja percuma kalau dagangan saya (kreasi-kreasi flanel) jarang laku/bingung memasarkan kemana -----> kalau yang ini IDL (Itu Derita Lo)….hahahaha.
Cocok dengan pikiran teman-teman?

Saya akan membagi pembahasan ini menjadi 4 poin agar lebih mudah di pahami.

Kenapa kita bisa punya pikiran dan keyakinan seperti yang saya sebutkan di atas? “analisis” sederhana saya :
a. Kreasi flanel umumnya bersifat hiburan, bukan barang pokok. Jadi, orang tidak akan mengeluarkan uang jika tidak benar-benar tertarik (dan kita pun berpikir, kreasi seperti ini siapa yang tertarik?!).
b.  Kain flanel (untuk kerajinan) mudah kotor, berbulu, dan sifat kainnya tidak “setangguh” kain yang biasa untuk pakaian. Tidak cocok untuk membuat pakaian (kecuali flanel yang jenisnya beda/ntah apa nama spesifiknya, biasanya untuk kemeja atau popok bayi)
c.  Kain flanel identik dengan gantungan kunci/kreasi sekedar hiasan/mainan. Jadi, banyak orang yang berpikir pemanfaatan kain flanel itu terbatas untuk barang-barang yang tidak terlalu bernilai guna (karena saya sering mendapat komentar “wah, ternyata kain flanel bisa juga di buat seperti ini ya?”)

Bagaimana untuk memutarbalikkan pikiran-pikiran negatif tersebut? (Keren sekali bahasa saya, hahahaha)
  • Masih banyak orang yang menghargai handmade, karena handmade identik dengan limited/exclusive. Mungkin mereka berpikir sebaliknya “susah sekali mencari crafter-crafter handmade, padahal saya suka barang-barang handmade yang lucu-lucu”. Kalau seperti itu, berarti kita hanya belum bertemu dengan orang-orang tersebut ^^
  • Masih banyak orang yang tidak fokus pada nilai guna atau keawetan, tapi pada model yang limited, unik, dan warna-warna menarik.
  • Masih banyak orang yang tertarik atau lebih tepatnya “butuh” dengan souvenir murmer
  • Masih banyak orang yang suka melihat barang unyu-unyu
  • Jika kita bisa membuat perbedaan atau membuat kreasi yang fungsional, tentu peminatnya akan lebih banyak. Misal : kita membuat kreasi bunga dari kain flanel. Hanya bunga saja. Yang berminat mungkin banyak, tapi akan sedikit yang membeli. Karena mereka tidak tahu manfaatnya apa (kecuali produsen-produsen souvenir). Tapi kalau bunga tersebut ditempelkan di bando/bandana/kotak tisu, saya yakin…akan lebih banyak peluang kreasi tersebut laku ^^
  • Jika ada yang mengatakan tren flanel mulai pudar/akan memudar dan konsumen sudah bosan, siapa yang membuat pernyataan itu? Tetangga? Teman? Nenek? Atau seorang pakar ahli tertentu? Dan berapa kali anda mendengar pernyataan seperti itu? 1x? Biasanya hanya 1x, tapi sudah digeneralisir. Apalagi kalau mendengar dari beberapa orang ^^ ----> Faktanya : setiap bulan, penjualan flanel nupinupi (Alhamdulillah) meningkat. Saya tidak tahu, Indonesia sebelah mana yang sudah bosan dengan kreasi flanel. Bahkan, di negara sekelas Jepang, sampai sekarang kreasi flanel masih eksis (menurut saya siiih…^^ hihihihi)
  • Tuhan tidak pernah iseng dalam menciptakan sesuatu. Memangnya kita, share foto di grup dengan keterangan : “@halte, nunggu angkot kelamaan, iseng-iseng jahit. Jadi deh… “(1 lusin kreasi) -bukan bermaksud menyindir yang uplod foto lho yaaa. Saya hanya menekankan contoh kata “iseng-iseng”nya itu- Bahkan, (maaf) kotoran pun ada manfaatnya. Apalagi kain flanel. Asal kita mau meng-explore-nya, pasti hasilnya juga lebih.
Teman-teman sependapat dengan poin-poin di atas? Berarti kita bisa melangkah ke poin selanjutnya. Yaitu,strategi menghasilkan uang dari kain flanel. Yiaa…pasti langsung tidak sabar :D Perlu diingat, ini hanya cara saya sebagai orang awam yang sedang belajar bisnis. Jadi, misal cara ini tidak berjalan baik ketika teman-teman ujicoba-kan…yaah, mohon maklum ^^v
  • Fokus. Mengenai fokus, sudah saya share di blog nupinupi.com. Judulnya Tentang Fokus. Silakan di cari ^^
  • Konsisten. Kalau beberapa minggu atau bulan sudah bosan menunggu hasilnya, dan berniat ganti haluan, itu namanya belum konsisten. Saya butuh waktu beberapa tahun untuk mencapai titik sekarang ini.
  • Menjadi spesialis. Masalah ini saya bahas di artikel Tentang Fokus.
  • Menentukan target market. Misalnya…produk-produk yang cocok untuk anak-anak sekolah, ibu-ibu, souvenir pernikahan, atau exclusive (menengah  ke atas). Hal ini perlu, karena ini menentukan kualitas bahan baku yang akan kita sediakan.
  • Menentukan, mau di jual online atau offline. Kalau memang teman-teman tinggal di daerah yang daya belinya rendah, onlineshop bisa menjadi alternatif. Karena pangsa pasar kita akan lebih luas…melampui wilayah kita, bahkan negara kita ;)  
“Okee…saya sudah percaya diri dan bersemangat untuk memulai bisnis kreasi flanel saya. Tapi, bagaimana strategi pemasaran saya nanti?”
Ada beberapa cara sederhana tapi cukup efektif untuk memasarkan hasil kreasi flanel (lagi-lagi ini cara saya sendiri lho yaa..)
  • Mulai dari lingkungan sekitar. Teman kuliah/kost, teman kantor, teman sekolah anak, keluarga/saudara, teman organisasi. Biarkan proses promosi dari mulut ke mulut ini berjalan secara natural, dan nikmati hasilnya.
  • Online. Tentu saja…itu cara favorit saya. Cara memasarkan secara online, silakan baca di sini
  • Sesuaikan barang yang di jual dengan target market kita. Misal : kita membuat dan menjual kotak tisu seharga 50 ribu kepada bocah-bocah SD. Ya tidak cocok laaah, dari segi harga, manfaat, maupun kemenarikan.  Untuk anak-anak SD, buat kreasi-kreasi yang murmer tapi menarik, bisa mereka pakai di mana-mana. Harga sesuaikan dengan uang saku mereka.
  • Ikut bazaar, pameran, atau pasar murah. Ini juga sangat mendongkrak popularitas sekaligus omset ;)
  • Bekerja sama dengan pihak lain. Misal : menitipkan kreasi kita di koperasi-koperasi, toko-toko kecil, konter, swalayan, dll (kalau yang ini, jujur saya belum pernah. Karena saya kurang sreg dengan sistem yang biasanya diberlakukan/sistem konsinyasi---tapi berdasarkan pengalaman beberapa teman, cukup memuaskan hasilnya) Atau bisa juga bekerja sama dengan toko-toko grosir/produsen souvenir. Jadi kita sebagai supplier mereka.
  • Di resellerkan. Biasanya ini lebih menarik perhatian calon pelanggan.
  • Khusus ibu-ibu atau mahasiswa yang senang berorganisasi, cobalah untuk mengisi acara dengan kursus flanel singkat. Ini cara cepat mempromosikan usaha flanel kita kepada lingkungan sekitar
  • Menggunakan Blackberry. Sekarang ini BB sudah menjadi barang biasa, dan memasarkan produk memanfaatkan BBM juga sudah menjadi hal lumrah, bahkan banyak disukai calon pelanggan karena praktis. Tapi nupinupi belum memanfaatkan BBM untuk pemasaran. 
Saya memasarkan kreasi saya bermula dari kampus dan teman-teman kost, lalu internet.
Intinya, semua strategi itu membutuhkan kesabaran. Semua butuh waktu, butuh proses. Tidak ada yang instan kecuali cepat sekali bubar.

Nah..bagaimana? sudah berani “gila”? Eh..tapi jangan salah. Saya tidak sedang memprovokasi anda untuk keluar kerja lho ya. Mungkin tulisan saya ini bisa menjadi wacana, sehingga yang tadinya belum tahu, menjadi tahu. Yang tadinya belum menyadari, menjadi sadar ^^v Semuanya harus dipertimbangkan matang-matang, baru kemudian silakan mengambil keputusan.

Ngomong-omong masalah resign dan terjun bebas ke dunia flanel, saya punya teman yang melakukan hal itu. Nama OS-nya di Facebook : Belinda Jacellyne Shop

Berikut obrolan saya (N) dengan beliau (B) --- sudah di edit sana-sini

N : boleh tau alasan resign-nya?

B : sebelum resign, saya sudah terima orderan flanel. Trus pas udah deket-deket lahiran, ternyata responnya makin bagus. Di tambah suasana kantor yang tidak kondusif/tidak nyaman. Pilihan ya resign. Trus cari pembantu susahnya minta ampun. Ya udah, jadi babysitter aja di rumah, sambil terima orderan flanel.

N : penghasilan dari flanel-flanel tersebut bagaimana mb?

B : hasilnya? Baguuuss… Terus terang, dulu aku tidak berpikir mau menjadikan flanel sebagai income. Orderan juga kan tidak tentu. Tapi kalau kasarannya, bisa masuk minimal 3jt/bulan (sudah di potong bahan baku). Apalagi sekarang resellerku nambah terus. Di banding dulu waktu masih kerja, duit segitu gak sebanding mb. Sekarang kan waktunya flexible, anak di urus sendiri, tidak perlu bayar pembantu/baby sitter. Selain hobi, juga menghasilkan duit tidak sedikit kok.

N : emang dulu mb kerja di bagian apa? Sudah punya jabatankah?

B : Jabatanku dulu di kantor…Purchasing Manager dan HRD Manager. Kalau naik jabatan bisa jadi direktur SDM. Tidak semua orang mau melepas jabatan itu. Tapi aku tidak pernah menyesal sedikitpun. Rejeki tidak cuma kerja dengan orang kok, hehe… Kalau mau sabar, 5 atau 10 tahun lagi mungkin aku punya kartu nama direksi ^^ 
-Belinda-

Ada tambahan  cerita lagi, agak kontras dengan cerita pengalaman di atas. Supaya teman-teman juga tahu, bahwa memulai bisnis ini pun butuh perjuangan dan komitmen yang kuat... Tidak ada yang mudah, semua harus diperjuangkan ^^

Berikut "wawancara" Nupinupi dengan Novi Cuyati, teman kita dari Bandung :)

1.      Mulai kapan resign dari kantor? Alasannya apa
Per 1 Juli 2012 lalu, beberapa minggu menjelang ramadhan sudah resmi jadi full time IRT alias ibu rumah tangga. Kerja di rumah saja, ngurus suami dan fokus ke bulan ramadhan. Saat itu baru sekitar 6 bulan menikah. Alasan resign awalnya memang bukan karena flanel, tapi karena sudah tidak nyaman dan keadaan di kantor sudah tidak kondusif, eh malah diberi lampu hijau sama suami, ya sudah Alhamdulillah. Memang dari awal lulus kuliah dulu kerja bukan untuk karir tapi untuk batu loncatan/ pengalaman, karena itu juga perlu.
  
2.      Bagaimana di awal pejuangan? Apa saja yang dirasakan?
Dulu ga sengaja menemukan souvenir nikahan yg mamah bawa dari nikahan salah satu kerabat. bentuk love sederhana dan warnanya bagus. Tahu sih itu namanya kain flanel, tapi karena di daerah tempat tinggal belum pernah menemukan took penjual flanel, jadi sama sekali belum jatuh cinta. Sampai akhirnya penasaran membawa v ke warnet Cuma untuk sekedar pengen tahu apa sih sebenarnya flanel itu?
Wooooow! Takjub, ternyata flanel bisa jadi apa saja. Kayak satria baja hitam, bisa berubah. hehehe. Dari sana pula v “nyasar” ke blog NUPI, n crafter lain yg karyanya ciamik semua dan tentu saja bikin ngiler. Pengen bisa bikin juga, pengen belajar jahit lagi. Dulu sering internetan Cuma buat cari referensi tugas kuliah aja dan Facebook ga begitu di manfaatkan, Cuma sekedar punya akun, udah jarang update.
Lupa tepatnya kapan, sekitar juni tahun lalu kalo ga salah, pokoknya saat itu Paket belajar Nupi lagi tutup karena pindahan. Padahal yg v cari sudah v temukan, tapi waktunya belum jodoh. Kursus flanel jarak jauh. Solusi saat itu Cuma itu, karena untuk menemukan flanel saja v ga  tahu harus beli ke mana.
Dipantengin terus deh tuh FB nunggu PBF Nupi buka dan rasanya ga sabar pengen beli paket belajarnya. Dan pada bulan agustus 2011 DIY kit yang pertama v beli adalah Boneka Mayra lengkap sama bahannya. Senengnya bukan main deh kaya anak kecil dapet maenan baru.
Awalnya jahit2 kain flanel di sela2 libur kerja dan Cuma sekedar kesenangan, hobby, juga menjawab penasaran  apakah v bisa jahit atau ga? Terus terang waktu SMP dulu paling males sama pelajaran TATA BUSANA yang isinya disuruh jahit n buat pola dan ngapalin jenis tusuk2an. Dan sekarang menyesal kenapa dulu ga tertarik pelajaran itu karena ternyata bermanfaat.hehe.
Tidak ada satupun karya vi yang di jual saat itu, kalau ada yang suka ya diberikan begitu saja, karena saat itu bingung mau dikasih harga berapa karena ga pernah ngitung. Puas sih, tapi kata mamah kenapa ga dijual aja, kan lumayan, apalagi beli bahannya ga gratis. Tapi lagi2 saat itu belum tahu beli kain flanel dimana. Hasil jahitan yang udah jadi kan dapet dari paket belajar yang v beli. Akhirnya ketemulah di FB sama teh Vita Eka Sandra yang tinggalnya di bandung juga. Pokoknya di add aja deh. Belum pernah sekalipun ketemu, tahunya Cuma di FB, tok! Sampai sekarang juga karena gagal terus tiap janjian mau ketemu. Berbekal SKSD dan muka tembok, bertanyalah padanya seputar flanel termasuk beli bahan di mana aja. eeeeh ternyata tempat yang sering didatengin belanja orang sebandung tuh ada segambreng toko craftnya. Hadeuh, jadi diriku selama ini ke mana aja? Walaupun tetep kalo dari rumah harus ke kota dulu buat nemuin toko craft itu, tapi seenggaknya udah tahu lah ya dimana dapat yang v cari.
Seiring berjalannya waktu v banyak belajar dari internet, blog walking, sampai ikut workshop bikin boneka saking penasaran pengen tahu cara tiap crafter menghasilkan karya mereka.
Alhamdulillah dari karya2 v ada yang suka walau tidak jarang setelah tahu harganya mereka urung membeli karena merasa terlalu mahal, maklum daerah tempat tinggal masih di kampung. Padahal udah kasi harga semurah mungkin dengan kualitas baik. Karena v juga orangnya ga suka kalo bikin karya asal jadi tapi ga kepake lama, kan sayang jadi mubadzir.

Ternyata keputusan v resign menjadi awal ujian baru di mulai. selang sebulan setelah v resign ternyata suami juga kontrak kerjanya diputus sepihak tanpa alasan yang jelas, alhasil kami berdua nganggur. saat itu usaha flanel v pun belum diseriusi, karena masih selalu kebingungan mau dipasarin kemana barangnya. Sampai berbulan2 suami belum jg dapet kerja, udah deh bantuin v bikin flanel aja. ternyata jahitannya udah lumayan rapi lho! Semua memang sudah Alloh rencanakan sedemikian rupa, sampai kita berdua rakjub dibuatnya. hehehe.
Ya akhirnya karena yang novi punya saat itu beberapa meter kain flanel sisa stok dulu yang belum habis, putar otak gimana caranya supaya flanel ini menghasilkan sesuatu, setidaknya untuk makan sehari-hari aja dulu deh. Saat itu menjelang ramadhan, orang2 lagi rame bikin toples hias flanel, tapi v ga ikut2an karena keterbatasan modal untuk beli toplesnya. Bener deh, saat itu bener2 negncengin iket pinggang. Akhirnya walaupun ga banyak, tapi Alhamdulillah ada yang terjual setidaknya  biar dapur tetep ngebul. Jadi selama ramdhan itu semua keuntungan termasuk modal dipakai untuk kebutuhan sehari-hari. Dan pada saat idul fitri tiba, karena tidak punya uang untuk diberikan ke sanak saudara seperti layaknya tradisi kita bagi2 angpao, v bagiin boneka flanel buatan v. Malu udah ga dipikirin lagi, habis mau gimana. kita berusaha sekuat tenaga apa adanya, tidak mau memaksakan sampai harus pinjam uang sana sini hanya demi sebuah pandangan manusia semata. Kadang pikiran buruk v yang terlintas adalah apa jangan2 ini karena orang tua ga ridho v keluar kerja ya? atau ini semua Cuma ujian supaya v lebih serius lagi usahanya? Galau lah saat itu antara lanjut nge-felt atau kerja kantoran lagi. Tapi dasar novi orangnya ga pernah dibawa ribet, jadi susah juga Alhamdulillah dibawa santai begitupun suami. Jadi kesulitan yang ada diambil hikmahnya supaya kita lebih bersyukur. Masih untung bisa makan juga. coba bandingkan di luar sana masih banyak yang lebih susah dan kekurangan.

3.      Bagaimana pendapat orang tua /suami /keluarga /teman/ tetangga dengan keputusan tersebut?
Tidak mudah untuk dapat dukungan penuh terutama dari orang tua. Mereka seperti kebanyakan orang tua lain maunya novi tetap kerja walaupun sudah nikah, apalagi belum ada anak. Mungkin karena mereka merasa sudah capek2 ngasih biaya kuliah v kali ya, eh ijazahnya dianggurin. Apalagi pas tahu novi fokus jadi tukang flanel, mereka mengecilkan usaha vi. Tapi ga apa2, keinginan mereka sebenarnya masih wajar dan itu bisa jadi penyemangat vi untuk membuktikan bahwa v bisa sukses walau hanya usaha beginian. Ya karena v ngasih tahunya setelah resign mereka dengan terpaksa mendukung, tapi tetap nyuruh untuk lamar kerja lagi. dan ini tidak v lakukan sampai sekarang. ^^
Suami sepenuhnya mendukung v resign, tapi tidak (atau belum ya) sepenuhnya mendukung fokus ke usaha flanel. Ngasih usul usaha yang lain saja yang lebih menjanjikan. Seperti kebanyakan orang, suami berpikir kalo flanel itu bukan barang konsumsi pokok seperti sembako, jadi katanya prospeknya lambat. Ga semua orang butuh, kalopun ada untuk orang  tertentu dan waktu tertentu aja. Tapi setelah merasakan sendiri ternyata flanel bisa menjadi solusi ketika kepepet, Alhamdulillah suami akhirnya mendukung termasuk dari segi materi. Kalo kurang modal untuk beli bahan, dengan senang hati beliau ngasi sumbangan dana, nganter belanja, gunting2 pola, bahkan ngejahit juga udah bisa, untuk kreasi yang mudah aja.
Kalau teman2 terutama teman kantor ga beda jauh sama orang tua menyayangkan keputusan v untuk berhenti kerja. Bahkan ketika mengajukan resign, supervisor sampai yakin bilang gini “sayang nov, daripada di rumah bengong ga dapet uang, mending di sini bengong juga di gaji” Haduh, kayak dia yg jamin rizki novi aja. Kalo inget itu jadi ngenes dan tambah semangat buat usaha flanel dan bisa ngasi bukti kalo kerja di rumah bisa menghasilkan.
yang lucu pendapat sepupu, dia orang yang dari kecil tahu bandelnya v kaya apa, cowok banget, tukang berantem, ga bisa masak, ga bisa jahit, pokoknya ga “cewek” banget. Dia bilang waktu v ngasih anaknya boneka buatan v, katanya dia ga percaya kalo v bisa jahit. lha wong dulu kalo kancing baju seragam v copot sama dia di jahitnya. hahaha.
Kalo tetangga sebagian sudah tahu v jualan flanel, kebanyakan hanya mengagumi tapi seperti biasa ga kuat di ongkos, hehe. Harus muter otak nih gimana caranya menghasilkan kreasi bagus dan terjangkau untuk kalangan mereka. ^^

4.      Menyesal ga ambil keputusan resign dan fokus ke flanel?
Mantap v jawab SANGAT MENYESAL.  Sangat menyesal kenapa ga dari dulu ketemu sama si flanel ini. Ga dari jaman kuliah gitu misalnya? Kan lumayan bisa nambah uang saku n uang beasiswa bisa dimanfaatkan untuk usaha ini aja. Tapi memang Alloh ngasih apa yang kita butuh ga pernah salah waktu.
Penghasilan minimal saja v bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, apalagi kalo v bisa lebih serius lagi. Bismillah… v bertekad mau memulai lagi semuanya dengan lebih serius, terarah, punya tujuan, dan lebih fokus. Kalau orang lain bisa, kenapa v enggak?

5.      Adakah peristiwa yang berkesan sejak mulai usaha tersebut (pasca resign)?
Banyak.
Dan yang paling berkesan adalah seringnya dapat pesanan ketika kepepet butuh uang. Ini terjadi beberapa kali, padahal v ga gencar promosi, eh yang pesen dari mana aja. ada yang Cuma tahu dari temennya aja dia udah percaya buat pesen ke v, padahal temen v sendiri belum pernah liat langsung karya v itu.
waktu v ada pesenan boneka miniatur Couple TNI yang gede dan mauny customer di pakein box mika. Ada rekomendasi teman pesan box di tempat A. karena pertama kali pesan ke sana si bonekanya dibawa juga biar ukurannya pas. Waktu itu si mas nanya
“Teh ini bikinan sendiri? dijahit tangan ya?”
“iya mas, buatan sendiri, jahit tangan semua” jawab v
terus si mas nya nanya harga n v jawab seadanya. Dia perhatiin tu boneka dan bilang tahu kualitas jahitan tangan, rapi. Pas tahu harganya dia bilang koq murah untuk kualitas buatan v, karena katanya lagi beberapa hari yang lalu temannya juga pesan box buat boneka flanel tapi bonekanya ga rapi2 amat. Memang harga punya novi dua kali lipat lebih mahal, tp masih kebilang murah kalo dibanding kualitas boneka pesenan temannya itu. sampai si mas nya minta no hp kalo2 suatu saat mau pesen.
Masih berhubungan sama boneka TNI ini, ternyata ga sengaja v ketemu yang COPAS karya v. Itu mah bener2 ga sengaja. Kata temen2 sesama crafter (emang udah layak gitu v disebut crafter? hehe), biarin aja… itu atinya karya kita bagus makanya diaku2in karya sang copycat itu.
Maap ya yg ini bukannya mau sombong atau narsis, tapi jujur penilaian si mas itu jadi buat v buka mata n semangat kalo ternyata masih ada –banyak malah- orang yang menghargai barang handmade di samping orang2 yang ga ngerti proses handmade itu seperti apa.

6.      Apa hikmah yang didapatkan dari resign dan mantap di jalan bisnis flanel?
Hikmahnya banyak banget dan yang pasti tambah ilmu udah jelas, novi jadi bisa jahit –lagi. ketemu sama crafter flanel yang oke punya n menginspirasi. Terdampar di grup2 flanel yang karyanya juga jempol semua dan kebanyakan adalah penjual Online.
Novi sendiri sedang merintis untuk jualan online karen kalau jualan offline di daerah tempat tinggal agak susah mendapatkan customer yang menghargai barang handmade. Maklum daya beli masyarakat di sini masi kurang, masih suka yang murah tapi pengen kualitas OK.
Dari awal novi memulai usaha flanel Cuma modal nekat, beneran nekat habis-habisan. Ga pernah nyangka sama sekali suami bakan di”rumahkan” ga lama setelah v memutuskan resign. Semua berawal dari kepepet butuh uang, tapi gimana caranya dapet uang yang halal. Alhamdulillah selalu Alloh kasi jalan keluar lewat flanel ini.
Memang ga jarang v ngerasa frustasi ketika sepi orderan, maklum usaha v masih baru dan belum dikenal, keinginan untuk balik ke meja kantoran sempat terlintas, sering malah. galau deh jadinya. Tapi setelah beberapa kali ditolong sama Alloh lewat flanel, jadi tambah yakin dan semangat untuk tetap berada di jalur ini.
Banyak orang2 sukses usaha flanel, jadi pasti novi juga bisa.
Ga mudah keluar dari zona nyaman dan memutuskan untuk berwirausaha (apalagi v orangnya moody banget), tapi di situlah v banyak belajar dan menyadari bahwa selama ini begitu banyak yang tidak novi tahu jika hanya bekutat dengan pekerjaan kantoran. Yang pasti semakin yakin kalo rizki dari Alloh itu luas dan datang dari arah yang ga disangka2. Secara materi memang belum signifikan peningkatannya, tapi perjuangan, semangat dan pengalaman itu lebih besar  nilainya dari sekedar banyaknya uang.
Kalaupun v kerja saat keadaan keuangan keluarga sedang kurang, tidak ada salahnya dan diperbolehkan karena alasannya syar’i. Tapi kenapa v masih bertahan di flanel ini? Jujur v Cuma bisa bilang “entahlah, kalau sudah cinta mau dikata apa? Dan lagi2 Alloh yang membiarkan hati v untuk terus mencintai yang v kerjakan saat ini”, yang ini mah asli lebay ^^

Semoga bisa jadi penyemangat dan reminder v ketika suatu saat merasa down lagi, v ingat kembali perjuangan v dari awal tidaklah mudah. Mungkin sebagian cerita terlihat agal lebay dan didramatisir, tapi percayalah itu pengalaman v sebenarnya. Dan semoga yang sedang galau antara kerja dan ngefelt segera memutuskan jalan yang benar secepatnya… hehehe.
-Novi-


Mantap kan teman-teman?! ^^v


Semoga menginspirasi… (Kalau setelah membaca artikel ini teman-teman semakin galau dan ruwet, gunakan es batu (dari es teh) untuk mengompres dahi..) X-)

Thanks to Belinda Jacellyne Shop, Novi Cuyati, dan mungkin akan di tambah lagi oleh crafter yang lain  =)


Komentar

  1. wkt sma ada teman yg kreatif.. barang2 yg dipakai buatan sendiri, sayangnya dia pelit dlm membagikan ilmunya.. jd deh aq mau jd orang yg kreatif tp ga pelit bagi ilmu..

    pas kuliah, sekitar 7th yg lalu sy ud jatuh cinta sama felt craft.. kr hobby jd rasanya senang aj klo lg jahit2.. awalnya dipake sendiri trus temen kuliah byk yg suka jd deh byk yg order.. alhamdulillah bs punya uang saku sndiri..

    setelah masuk dunia kerja.. peluang usahaku bagus.. mereka sangat menghargai handmade.. sebuah kata yg sering diucapkan mereka adalah KREATIF.. kata ini selalu bikin aq tersenyum bahagia.. seperti mendapatkan penghargaan.. hehe..

    tantanganku..
    1. kr handmade sendiri jd suka kerepotan klo byk orderan.. blm menemukan orang yg hasil kerjanya bagus jd msh percaya dg pekerjaan sendiri..
    2. kr aq pns,jd felt craft adalah hobby dan sidejob..

    BalasHapus
  2. Postingan mba yang ini sangat 'kena' banget di saya yang memang lagi galau hehe...
    Jadi gak ragu deh untuk tekuni hobi crafting saya ini.. yang jelas harus fokus kan ya mba?
    Makasih banyaaak...

    BalasHapus
  3. Mbakkk... ditunggu artikel "cara memasarkan secara online" nya, semua isi dari webnya Mbak Nupi bermanfaat banget. Makasih mbak :)

    BalasHapus
  4. Inspiring banget deh tulisannya, ngebantu saya dan banyak orang untuk tetep smangat dan berkarya.

    Makasih ya mbak :)

    BalasHapus
  5. Mecco : Nah.. ternyata masih banyak orang yg menghargai handmade kan?! krn mmg tdk semua orang bisa ^^ Bagi saya, crafter adl manusia2 yg limited. Sama mb, itu sptnya kendala para crafter secara universal,susah cari asisten jahit tangan yg sesuai standar kita :)
    Siip! itu juga sangat bagus. Yg penting kita sdh membuat keputusan dan membuat batasan. Sukses mb ^^

    Baby emma : iiyaa..pasti! senjatanya cuma fokus ^^

    Adinda tripur : ini sedang di "godog" mb :)

    Ria : Makasih mb Ria. Kunjungan dan komentar mb mendorong saya untuk terus berkarya dan berbagi ^^

    BalasHapus
  6. wow... keren mba...
    saya jadi termotivasi karena mba ^^
    ayo makin smengat belajar lagi ^^

    oia, mba klo tusuk feston pada bagian telinga sapi atau pada bagaian yang udah ditempelin bahan lain pinngirnya gimnana ya??? saya coba tapi ga rapihasilnya.jelek.. mohon penjelasannnya.

    maksi ^^

    BalasHapus
  7. jadi ga sabar pengen cepet2 pesan barang lagi ke mba.. bahan-bahan kmrnnya udah abis (banyak yg salah :( ).

    BalasHapus
  8. Bagus sekali mba postingannya , aku banget deh, yg lagi galau antara kantoran dan flanel kadang ide2 ku sampe hilang lagi karna ga bisa ngerealisasikan apa yg ada di fikiranku , mudah2an kedepannya setelah punya customer aku bisa fokus di flanel aja.....trims mba..

    BalasHapus
  9. Waaahhh....ternyata saya benar-benar sakti mb Pi...(kata mb waktu itu)Hahahaha.....
    Kenapa begitu,karena tulisan ini bener2 pas banget dengan kondisi saya saat ini. (Jadinya saya apa mb Pi ya yang sakti...??) Whatever....

    Lihat aja, sebentar lagi saya juga akan membuat keputusan "gila" itu.

    Sebenernya si sudah lama ngefelt. Sudah pernah jalan juga joinan sama temen. Tapi setelah nikah kami harus berpisah (karna domisili juga jauh dari partner saya). So... off deh bisnisan flanelnya. Tapi setelah ketemu NupiNupi dan crafter lainnya, semangat itu muncul lagi... Insya Allah tambah manteb untuk menjadikan flanel sebagai sarana menjemput rizqi.

    Satu lagi....cerita dengan Belinda itu miriiip banget sama saya. (cuma beda nasib). Kalau beliau HRD Manager...kalau saya HRD Staff ;).
    Mudah2an mirip juga nanti nasibnya di dunia crafting.... (Amiiinn....)
    Bismillah....mudah-mudahan ini jalan rizki yang lebih baik dari jalan rizki saya saat ini.

    BalasHapus
  10. sangat menginspirasi Mba Prapti.. ditunggu postingan2 lainnya yg membangun..:)

    jujur saya saat ini dilema antara keluarga, kerja dan flanel.. mungkin saat ini masih harus banyak dapat "cambukan" semangat biar bisa fokus dan memutuskan hal yang menurut saya "nyaman" untuk diri saya dan keluarga..:)

    Mohon do'anya.

    BalasHapus
  11. wah commentdariku..belum muncul ya???

    BalasHapus
  12. subhanalloh,,disaat yg tepat aq baca artikel ini,,,siip mba prpti,,bermanfaat sekali ^^

    BalasHapus
  13. Subhanalloh.... Sungguh Alloh Maha Sempurna. Terima kasih Mbk Prapti. Tulisannya sangat menginspirasi. Semoga Sy bisa meresapi dan mempraktekkaan motivasi mbk.

    Novita (ninilnih@yahoo.com)

    BalasHapus
  14. Warna-warni : di kasih lem sedikiiiiit saja..asal nempel. kalo tll banyak jadi tebal, susah dijahit, jdnya jelek :)

    Endah : enggak kebalik mb? fokus dl baru dpt customer?? ^^

    Janti : hahahahhahaha, kita sama-sama sakti ajalaah... hihihi, iyaa..aamiin. krn mmg,pekerjaan sesepele apapun itu, kalo tdk fokus ya lambat... :)

    Rizqaha : kalo saya dl resign krn alasan utamanya : Keluarga. dg catatan, mskipun hanya di rmh sy ingin tetap menghasilkan... akhirnya sy berbisnis flanel. Jadilah bisnis ini untuk keluarga ^^ jd,kalo ada acara keluarga trs onlineshop tutup..harap maklum ^^v

    novita & anonim : aamiin.. ^^

    BalasHapus
  15. cara jahitnya gamn mba?? saya ga bisa kalo ada yg menghalanginya gitu (kaya telinga ata sebgainya??)

    BalasHapus
  16. warna warni : cara menjahit sudah saya share di sini mb, silakan di ubek ya :) itu di jahit feston spt biasa, cm nembus telinga tsb

    BalasHapus
  17. Bagussss banget entry postnya ini mbak.

    Saya baru mulai belajar jual flanel. Kelihatannya sih sepele pada awalnya
    Kreasi saya yang pertama adalah pouch hape/BB dan name tag, trus saya kasih ke temen, mereka bilang buagusss banget (gak cuma bagus lho.

    Habis itu temen2nya semua pada order, minta dikasih nama masing2. Harganya padahal saya kasih rada mahal :) Tapi mereka nggak peduli lho. Karena personal banget, nggak ada di toko.
    Sekarang rada kewalahan, soalnya disambi kuliah sama nulis untuk sebuah penerbitan. Produksinya agak tersendat, tapi herannya pelanggan tetap setia menunggu :)

    Sukses terus dan terus menginspirasi banyak orang ya mbak! Salut buat mbak Prapti :)

    BalasHapus
  18. Itik Bali : naah.. tnyta..masih banyak ya pelanggan yg suka handmade/flanel, menerima harga diberikan tnpa protes, dan mau menunggu dg sabar... tdk ada alasan untuk tdk bersyukur ;)

    BalasHapus
  19. yippie .. alhamdulilah .. dari nyasar2 dapet link web ini ..
    isinya 'ngena' bgt bagi saya .. si crafter nubie .. :P
    bisa nambah ilmu dan sharing pengalaman dari sesama bakul .. secara saya masi minim ilmu banget ..

    BalasHapus
  20. nice posting, jadi inget saat membesarkan usaha keripik tales sambil membagi waktu bekerja kantoran

    BalasHapus
  21. Kea : yippiiee.. nambah satu lagi teman :))

    Keripik tales : akhirnya, keluar kerja kah? :)

    BalasHapus
  22. Jd terinspirasi.. yg tadinya pesimis mw trus bikin karya jd semgt 45 ^^,

    BalasHapus
  23. mba thanks yaa, mbak uda nyembuhin kegalauanku hhehe

    BalasHapus
  24. Wow..!! keren ya mbak ceritanya sampe' terharu *kucekkucekmata*. Ajaib banget ya ternyata sebuah flenel itu mbakbisa merubah hidup menjadi setakjub itu. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hal sekecil apapun bisa merubah hidup kita kalau ditekuni :) makasih sudah mampir mb Erny

      Hapus
  25. Nih Bagi yang nyari bahan Flanel murah harganya tapi hitungannya per meter..
    http://larasouvenir.blogspot.com/2015/03/flanel.html

    BalasHapus
  26. Luar biasa nih tulisan.. Maaf aku pemula nih kmaren kmaren baru buat boneka, gantungan kunci.. dll. Mohon dukungan temen temen Crafter biar aku tetep semangat berkreasi..
    Nanya boleh? Kalo beli bahan baku dimana biar meminimalisir biaya produksi.. Hehe siapapun boleh kasih saran..
    Makasih sebelumnya

    BalasHapus

Posting Komentar